Berita
Perjuangan Perempuan Korea Utara dalam Kehidupan Sehari-hari
2025-04-19

Berita tentang kehidupan perempuan di Korea Utara telah menarik perhatian dunia. Di balik klaim pemerintah bahwa perempuan adalah simbol revolusi dan bunga bangsa, kenyataannya jauh lebih kompleks. Dalam masyarakat yang sangat terisolasi ini, perempuan harus menghadapi tantangan luar biasa seperti pekerjaan fisik berat, kondisi hidup minim fasilitas dasar, hingga risiko eksploitasi seksual dan perdagangan manusia. Melalui rekaman visual dari perbatasan Sungai Yalu dan Tumen, Profesor Dong Wan Kang dari Universitas Dong-A di Busan, Korea Selatan, berhasil membuka mata dunia tentang kenyataan tragis yang mereka alami.

Pada musim dingin yang ekstrem dengan suhu di bawah -35°C, tugas mengambil air dari sungai yang beku menjadi tanggung jawab utama kaum perempuan Korea Utara. Fasilitas listrik dan air bersih sangat langka, sehingga aktivitas sehari-hari seperti mencuci pakaian harus dilakukan secara manual di lingkungan yang sangat keras. Peralatan rumah tangga modern seperti mesin cuci atau pengering hanya ada dalam imajinasi mereka. Keterbatasan infrastruktur ini membuat perempuan menjadi tulang punggung keluarga dalam menjaga kebutuhan dasar.

Tidak hanya itu, sistem pertanian di negara tersebut juga membebani mereka. Transportasi limbah manusia ke ladang untuk digunakan sebagai pupuk menjadi tugas rutin yang harus dijalani oleh banyak perempuan selama musim dingin. Ini dikenal sebagai "pertempuran pupuk," sebuah istilah yang menggambarkan betapa sulitnya mereka harus bekerja demi memenuhi kebutuhan pertanian yang minim dukungan teknologi.

Selain tekanan fisik, perempuan Korea Utara juga menghadapi ancaman serius terhadap hak asasi manusia (HAM). Banyak dari mereka yang melintasi perbatasan ke China untuk mencari makanan akhirnya menjadi korban perdagangan manusia. Data menunjukkan bahwa sekitar 80% pembelot Korea Utara yang berhasil sampai di Korea Selatan adalah perempuan, dan di antara mereka, sekitar 70% pernah mengalami perdagangan manusia di China. Keberanian mereka untuk melarikan diri dari kemiskinan sering kali disertai dengan risiko tinggi akan eksploitasi seksual dan pelanggaran HAM lainnya.

Profesor Dong Wan Kang dari Universitas Dong-A telah merekam realitas ini melalui lensa telefoto, menyoroti bagaimana perempuan Korea Utara bertahan hidup di tengah kondisi yang begitu sulit. Ia menggunakan platform YouTube-nya untuk menyebarkan kesadaran global tentang perjuangan mereka. Upaya ini memberikan gambaran mendalam tentang ketidakadilan yang dialami kaum perempuan di salah satu negara paling tertutup di dunia.

Kehidupan perempuan Korea Utara bukanlah cerita fiksi tetapi kenyataan yang harus dihadapi setiap hari. Mereka dituntut untuk mengorbankan diri demi kelangsungan hidup keluarga, sementara hak-hak dasar mereka sering kali diabaikan. Melalui dokumentasi seperti yang dilakukan oleh Profesor Dong Wan Kang, harapan untuk mendapatkan empati dan tindakan nyata dari komunitas internasional semakin besar. Dunia perlu menyadari bahwa dibalik propaganda kebahagiaan, ada kisah-kisah perjuangan yang belum terdengar luas.

more stories
See more