Sebuah keputusan penting telah diambil oleh organisasi tinju dunia. Pada hari Selasa, WBA mengumumkan bahwa pertandingan antara Ryan Garcia dan Rolly Romero pada 2 Mei akan menjadi ajang perebutan sabuk juara reguler kelas welter. Pertarungan ini menandai langkah signifikan dalam karier kedua petinju tersebut. Dalam pengumuman yang sama, Jaron Ennis dinaikkan sebagai juara super, menciptakan dinamika baru dalam hierarki tinju kelas welter.

Berita peningkatan status Ennis membawa implikasi besar bagi masa depan tinju. Sebagai juara super, Ennis sekarang diwajibkan untuk menghadapi Shakhram Giyasov, petinju peringkat pertama, dalam kurun waktu 120 hari setelah kemenangannya atas Eimantas Stanionis. Kemenangan Ennis atas Stanionis, yang tak terkalahkan sebelumnya, membuktikan dominasinya dalam menyatukan gelar IBF dan WBA. Hasil dari duel antara Ennis-Giyasov akan menentukan siapa yang berhadapan dengan pemenang Garcia-Romero, memunculkan potensi turnamen empat orang yang menjanjikan.

Dengan struktur baru ini, WBA memberlakukan aturan yang memungkinkan pengangkatan juara super dalam situasi tertentu. Meskipun belum ada penjelasan rinci tentang alasan "keadaan luar biasa" yang mendasari kebijakan ini, para petinju tetap harus menyesuaikan rencana mereka. Garcia, misalnya, sedang mempersiapkan ulang pertarungan melawan Devin Haney, sementara Romero juga memiliki target tersendiri. Semua ini menunjukkan bagaimana sportivitas dan kompetisi dapat menginspirasi inovasi dalam olahraga tinju modern.

Tinju tidak hanya tentang pertarungan fisik, tetapi juga cerminan semangat persaingan dan aspirasi tinggi. Keputusan WBA kali ini menggambarkan upaya menciptakan format turnamen yang lebih seru dan menantang. Dengan adanya turnamen seperti ini, para petinju dipaksa untuk mengeluarkan kemampuan terbaik mereka guna mencapai prestasi tertinggi. Ini adalah langkah yang mendukung pengembangan tinju secara global serta meningkatkan minat publik terhadap olahraga ini.