PT Bayan Resources Tbk (BYAN), sebuah perusahaan tambang batu bara terkemuka di Indonesia, melaporkan penurunan laba yang signifikan pada akhir tahun 2024. Berdasarkan laporan keuangan terbaru yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan ini mencatat laba sebesar US$922,64 juta atau setara dengan Rp15,2 triliun. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 25,5% dibandingkan dengan laba tahun sebelumnya. Pendapatan bersih perusahaan juga mengalami penurunan sebesar 3,76%, dari US$3,58 miliar menjadi US$3,44 miliar. Penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk anjloknya pendapatan batu bara dan meningkatnya beban pokok pendapatan.

Penurunan pendapatan BYAN utamanya disebabkan oleh kinerja bisnis inti mereka dalam industri batu bara. Pada tahun 2024, pendapatan dari aktivitas pertambangan batu bara turun dari US$3,57 miliar menjadi US$3,42 miliar. Meskipun ada kenaikan pendapatan nonbatu bara, yaitu dari US$9,29 juta menjadi US$21,15 juta, hal ini tidak cukup untuk mengimbangi penurunan utama. Beban pokok pendapatan juga meningkat, dari US$1,92 miliar menjadi US$2,11 miliar, yang semakin membebani laba perusahaan.

Di sisi lain, kondisi keuangan perusahaan tetap kuat. Aset BYAN naik dari US$3,44 miliar pada Desember 2023 menjadi US$3,52 miliar pada Desember 2024. Liabilitas perusahaan tercatat sebesar US$1,2 miliar, sedangkan ekuitas mencapai US$2,3 miliar. Ini menunjukkan bahwa meskipun menghadapi tantangan, perusahaan masih memiliki fondasi keuangan yang kokoh untuk mendukung operasionalnya.

Secara keseluruhan, meskipun mengalami penurunan laba dan pendapatan, PT Bayan Resources Tbk berhasil mempertahankan posisi finansial yang stabil. Perusahaan harus terus beradaptasi dengan dinamika pasar batu bara global dan menjaga efisiensi operasional untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan di masa mendatang. Dengan aset dan ekuitas yang kuat, BYAN memiliki potensi untuk rebound dan meraih peluang baru di sektor pertambangan.