Morgan Stanley telah mengubah peringkat saham Indonesia dalam indeks MSCI dari equal-weight menjadi underweight. Keputusan ini didasarkan pada penurunan prospek pertumbuhan ekonomi domestik dan tekanan terhadap profitabilitas sektor siklikal. Sebaliknya, valuasi saham China dinilai lebih menarik dengan pemulihan kinerja operasional dan efisiensi neraca keuangan. Selain itu, risiko pasar China tetap diperhatikan, termasuk ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat.
Dalam evaluasi terbarunya, Morgan Stanley mencatat adanya tekanan signifikan pada ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang melambat berdampak negatif pada sektor-sektor yang sangat bergantung pada kondisi ekonomi makro. Ini menciptakan lingkungan yang kurang mendukung bagi profitabilitas perusahaan-perusahaan di sektor siklikal. Akibatnya, return on equity (ROE) di Indonesia kini kurang menguntungkan dibandingkan dengan pesaing regionalnya.
Penurunan peringkat ini juga dipengaruhi oleh pergeseran tren ROE yang kini lebih menguntungkan China. Kinerja operasional yang membaik serta efisiensi neraca keuangan di sektor-sektor utama China telah mendorong pemulihan ROE. Analis Morgan Stanley melihat bahwa perbaikan ini membuat valuasi saham China lebih menarik dibandingkan dengan Indonesia. Pemerintah China yang menunjukkan sikap lebih positif terhadap sektor swasta juga berkontribusi pada peningkatan daya tarik investasi di negara tersebut.
Berikut penurunan peringkat, Morgan Stanley memberikan pandangan yang lebih hati-hati terhadap potensi pemulihan pasar saham Indonesia dalam waktu dekat. Tim analis lebih memilih untuk berfokus pada pasar-pasar lain di Asia yang dinilai memiliki prospek yang lebih baik. Selain faktor fundamental, perbedaan valuasi juga menjadi alasan utama perubahan peringkat ini. Morgan Stanley menaikkan asumsi kelipatan valuasi untuk MSCI China, menunjukkan bahwa pasar ini kini lebih menarik dibandingkan dengan pasar negara berkembang lainnya.
Di sisi lain, meskipun ada peningkatan risiko di pasar China, seperti ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat, Morgan Stanley tetap optimis tentang prospek jangka panjang. Evaluasi kebijakan dagang "America First" pada 1 April dan potensi pembatasan ekspor dapat mempengaruhi sentimen investor global. Namun, target indeks Hang Seng untuk Desember 2025 dipatok pada 24.000 poin, dan MSCI China diprediksi naik hingga 77 poin, meningkat signifikan sebesar 49% dari level saat ini. Dengan demikian, perubahan peringkat ini mencerminkan penyesuaian strategi investasi yang lebih selektif di wilayah Asia.