Pada malam itu, semua mata tertuju pada sang juara yang pernah jatuh, George Foreman. Dia tidak hanya mencari penebusan atas kegagalannya, tetapi juga ingin menunjukkan kepada dunia bahwa ia adalah sosok yang lebih kuat dan lebih siap daripada sebelumnya.
Setelah kekalahan melawan Muhammad Ali di Zaire, George Foreman menjadi seseorang yang sangat berbeda. Ia tak lagi ceria seperti biasanya, melainkan terlihat suram dan penuh dendam. "Kekalahan telah menjatuhkan saya dari poros saya," tulisnya dalam memoarnya. Tanpa gelar juara, ia merasa hampa dan tak memiliki identitas. Ini adalah titik balik bagi Foreman, saat ia menyadari betapa besar arti gelar tersebut baginya.
Dengan motivasi baru ini, Foreman bertekad untuk merebut kembali apa yang hilang. Ia menyatakan niatnya untuk mati sebelum kalah dalam pertandingan apapun di masa depan. Keputusan ini bukanlah sekadar kata-kata kosong; ini adalah manifestasi dari dorongan dalam dirinya untuk bangkit kembali dan menunjukkan kepada dunia bahwa ia masih layak disebut juara dunia.
Foreman menyadari bahwa untuk mendapatkan kesempatan ulang melawan Ali, dia harus menciptakan permintaan publik yang besar. Ini adalah strategi yang diperlukan karena Ali sendiri tampak ragu-ragu untuk mempertaruhkan nasibnya lagi melawan Foreman. Di sinilah ide brilian muncul—melalui Don King, promotor terkenal, sebuah acara istimewa direncanakan di mana Foreman akan bertanding melawan lima lawan dalam satu malam.
Pilihan lokasi akhirnya jatuh pada Maple Leaf Gardens di Toronto, dengan liputan langsung oleh ABC. Kehadiran Howard Cosell dan Muhammad Ali sendiri sebagai komentator dari sisi ring memberikan sentuhan dramatis yang tak terduga. Ali, dengan gaya humoristisnya, terus bermain-main dengan situasi ini, membuat suasana semakin tegang sekaligus seru.
Malam itu dimulai dengan pertarungan pertama melawan Alonzo Johnson, seorang veteran berusia 40 tahun dengan rekam jejak yang kurang impresif. Meskipun demikian, setiap pertarungan memiliki tantangannya sendiri. Foreman harus fokus dan tetap segar agar bisa melewati kelima pertarungan dengan sukses.
Lawan terakhirnya adalah Boone Kirkman, yang secara statistik merupakan ancaman terbesar. Namun, urutan pertandingan ditentukan melalui undian buta oleh awak media, sehingga tidak ada keuntungan atau kerugian strategis bagi Foreman. Ali sendiri sempat mengkritik pendekatan ini, menyarankan agar lawan-lawan lebih diposisikan sesuai dengan kondisi fisik Foreman.
Banyak orang skeptis terhadap usaha Foreman untuk membuktikan dirinya melalui pertarungan ganda ini. Howard Cosell, salah satu komentator terkenal, bahkan menyindir bahwa jika Foreman berhasil menjatuhkan kelima lawannya, orang-orang hanya akan berkata bahwa mereka "seharusnya." Namun, jika ia gagal, maka reputasinya akan semakin hancur.
Foreman tetap teguh pada keyakinannya. Baginya, ini adalah cara terbaik untuk menunjukkan kepada dunia bahwa ia telah belajar dari kekalahan sebelumnya dan siap untuk melangkah lebih jauh. Malam itu bukan hanya soal menang atau kalah, tetapi tentang membuktikan integritas dan keberanian sejati.