Nilai emas dunia baru-baru ini menjadi perhatian luas setelah mengalami penurunan tajam. Meskipun awalnya harga emas melonjak karena permintaan investasi aman meningkat dalam situasi ketidakpastian global, kini logam mulia ini menghadapi pelemahan yang berkelanjutan. Pada perdagangan akhir bulan April 2025, harga emas turun tipis hingga mencapai US$3.240,08 per troy ons, menandakan tren negatif selama empat hari berturut-turut. Faktor utama penyebab pelemahan ini termasuk penurunan ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China serta perlambatan laju pertumbuhan lapangan kerja AS. Namun, investor ternama John Paulson tetap optimistis bahwa harga emas akan rebound signifikan dalam beberapa tahun ke depan.
Dalam beberapa minggu terakhir, harga emas telah menunjukkan volatilitas yang cukup besar. Setelah menyentuh puncak pada awal bulan April dengan nilai US$3.500,05 per troy ons, logam kuning ini kemudian mengalami tekanan jual yang signifikan. Salah satu alasan utama adalah meredanya ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia. Kondisi tersebut membuat para investor beralih dari aset lindung nilai tradisional seperti emas menuju pasar saham atau obligasi yang lebih dinamis.
Selain itu, kebijakan The Federal Reserve (The Fed) juga memengaruhi pergerakan harga emas. Bank sentral AS memberi sinyal bahwa suku bunga pendek tidak akan berubah dalam waktu dekat, sambil menunggu data lebih pasti tentang inflasi dan kondisi pasar tenaga kerja. Keputusan ini berdampak langsung pada daya tarik emas sebagai aset bebas bunga.
Meski demikian, spekulasi tentang masa depan emas tetap menjadi topik hangat di kalangan analis finansial. John Paulson, seorang tokoh investasi yang terkenal karena keuntungan besar saat krisis keuangan global, memperkirakan bahwa harga emas dapat mencapai angka fantastis hingga US$5.000 per troy ons pada tahun 2028. Menurutnya, ketegangan perdagangan global dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral akan mendorong permintaan emas secara signifikan.
Ia menjelaskan bahwa emas masih dipandang sebagai benteng terbaik terhadap ketidakpastian ekonomi global. “Jika kepercayaan terhadap dolar AS melemah, maka emas akan menjadi alternatif mata uang cadangan yang sangat kuat,” tutur Paulson. Prediksinya bahkan lebih spesifik lagi, dengan memperkirakan harga emas akan mencapai kisaran US$4.000 dalam tiga tahun mendatang.
Berbeda dengan opini umum, Paulson percaya bahwa ketidakstabilan ekonomi global akan terus berkembang, sehingga dorongan untuk berinvestasi dalam emas akan semakin kuat. Sebagai pemegang saham besar di proyek pengembangan emas di Idaho dan Alaska, ia memiliki keyakinan penuh pada potensi logam mulia ini.
Meskipun harga emas sedang mengalami penurunan dalam jangka pendek, pandangan jangka panjang dari figur seperti John Paulson menunjukkan bahwa logam ini tetap memiliki posisi strategis dalam portofolio investasi global. Dengan perkembangan geopolitik dan ekonomi yang cenderung tak menentu, emas diperkirakan akan terus memainkan perannya sebagai pelari aman di tengah badai ketidakpastian.