Perkiraan menunjukkan bahwa perekonomian global akan menghadapi kemunduran sebagai dampak dari konflik dagang yang dipicu oleh Amerika Serikat terhadap mitra dagang utamanya. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa langkah pengenaan tarif perdagangan ini telah memperburuk fragmentasi di tingkat global dan diperkirakan akan menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi global dari 3,2% menjadi 2,9%. Dampak terparah akan dirasakan oleh Amerika Serikat dan China, dua pemain utama dalam ketegangan perdagangan ini. Negara-negara lain seperti Indonesia juga tidak luput dari pengaruh negatif akibat penurunan volume perdagangan internasional.
Dalam sebuah konferensi pers setelah Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Rabu (23/4/2025), Perry Warjiyo menjelaskan secara rinci tentang situasi sulit yang sedang dihadapi dunia akibat perang dagang antara dua kekuatan ekonomi besar tersebut. Dalam suasana politik ekonomi yang semakin rumit ini, AS dan Tiongkok berada di garis depan konflik yang telah mempengaruhi pasar global.
Perry menyoroti bahwa penurunan ekonomi paling signifikan akan dialami oleh kedua negara tersebut. Namun, imbasnya juga akan dirasakan oleh negara-negara maju maupun berkembang lainnya melalui penurunan ekspor serta pelemahan volume perdagangan secara keseluruhan. Di Indonesia sendiri, pengaruh ini dapat dirasakan melalui penurunan permintaan produk domestik di pasar Amerika Serikat.
Di tengah-tengah ketegangan ini, negara-negara lain harus mencari cara untuk tetap menjaga stabilitas ekonominya sambil meminimalkan risiko kerugian dari situasi yang semakin dinamis ini.
Dari perspektif seorang jurnalis atau pembaca, informasi ini memberikan gambaran jelas tentang pentingnya kolaborasi internasional dalam menjaga keseimbangan ekonomi global. Situasi ini juga menggarisbawahi perlunya strategi adaptif bagi negara-negara yang lebih rentan terhadap fluktuasi ekonomi global, seperti Indonesia, untuk mengantisipasi potensi ancaman masa depan dengan langkah-langkah mitigasi yang efektif.