Pernyataan sederhana dari orang di sekitar bisa memberikan dampak besar pada kesehatan mental ibu hamil. Pilihlah kata-kata yang mampu membangun semangat mereka, bukan malah menambah beban pikiran.
Sering kali, komentar mengenai berat badan atau ukuran tubuh ibu hamil disampaikan tanpa sadar akan implikasinya. Namun, hal ini bisa sangat sensitif bagi para calon ibu. Hormon-hormon yang sedang bergolak selama kehamilan membuat mereka lebih mudah tersinggung oleh pernyataan yang tampaknya ringan bagi orang lain.
Sebagai contoh, frasa seperti "Wah, kamu jadi besar sekali!" mungkin dimaksudkan sebagai pujian, tetapi bisa saja diartikan sebagai kritik terhadap penampilan fisik. Alih-alih memberikan kesan positif, kalimat tersebut malah bisa menimbulkan rasa cemas tentang bentuk tubuh mereka sendiri. Sebaliknya, cobalah untuk memberikan apresiasi yang lebih bersifat umum, seperti "Kamu tampak begitu bercahaya hari ini!"
Ketika seseorang tengah menjalani kehamilan, pertanyaan-pertanyaan pribadi sering kali datang tanpa diduga. Salah satu contohnya adalah tanya jawab mengenai pola makan atau minuman yang dikonsumsi. Meskipun dilakukan dengan niat baik, hal ini bisa dianggap sebagai bentuk intervensi yang tidak diperlukan.
Ingatlah bahwa setiap ibu hamil memiliki preferensi dan informasi medis yang telah dipertimbangkan dengan bantuan dokter spesialis. Daripada bertanya "Haruskah kamu makan itu?" atau "Apakah minuman itu aman?", lebih baik menunjukkan dukungan dengan cara lain, seperti menawarkan camilan sehat atau minuman yang sesuai dengan rekomendasi medis.
Frasa negatif, seperti "Kamu kelihatan lelah," meskipun mungkin benar secara fisik, dapat meningkatkan perasaan rendah diri pada ibu hamil. Selama kehamilan, tubuh mereka mengalami banyak perubahan yang membutuhkan waktu adaptasi. Memperjelas kelelahan hanya akan memperburuk suasana hati mereka.
Sebagai gantinya, cobalah untuk memberikan penghargaan atas upaya mereka menjaga kesehatan. Misalnya, ungkapkan rasa kagum dengan mengatakan "Aku tahu pasti kamu sedang melakukan yang terbaik untuk bayimu." Ini akan membantu mereka merasa dihargai dan didukung sepenuhnya.
Namanya anak adalah bagian pribadi dari persiapan orang tua sebelum bayi lahir. Banyak pasangan memilih untuk merahasiakan nama hingga saat yang tepat, namun kadang-kadang pertanyaan seperti "Bayi kamu akan diberi nama apa?" muncul terlalu cepat.
Dengan menanyakan hal ini, ada risiko memicu diskusi yang tidak diinginkan jika nama yang dipilih tidak sesuai ekspektasi orang lain. Untuk menghindari situasi yang tidak nyaman, biarkan pasangan membagikan informasi tersebut ketika mereka merasa siap.
Membahas jenis kelamin bayi sering kali menjadi topik favorit dalam percakapan sehari-hari. Namun, penting untuk diingat bahwa kesehatan dan perkembangan bayi jauh lebih signifikan daripada pertanyaan "Kamu mengharapkan anak laki-laki atau perempuan?". Hal ini bisa menambah tekanan psikologis tanpa memberikan manfaat langsung bagi ibu hamil.
Cobalah fokus pada aspek-aspek yang lebih relevan, seperti kesejahteraan fisik dan emosional ibu serta bayi. Dengan demikian, Anda tidak hanya menunjukkan empati, tetapi juga membantu menciptakan lingkungan yang lebih damai dan harmonis.