PT Waskita Karya Tbk. menghadapi tantangan besar dalam manajemen keuangannya untuk tahun 2024. Perusahaan ini mengungkapkan bahwa total kewajiban finansialnya mencapai Rp 45,8 triliun. Mayoritas beban tersebut berasal dari Kesepakatan restrukturisasi utama sebesar Rp 26 triliun. Direktur Utama perusahaan menjelaskan bahwa sebagian besar utang ini berasal dari kesepakatan dengan lembaga perbankan.
Pembiayaan melalui obligasi dan sukuk juga berkontribusi signifikan terhadap beban hutang. Obligasi yang dijamin oleh pemerintah mencapai Rp 9,76 triliun, sementara kredit modal kerja yang dijamin oleh bank Himbara dan dua Bank Pembangunan Daerah mendekati Rp 5,2 triliun. Selain itu, ada kewajiban kepada vendor senilai Rp 3,78 triliun serta pajak hingga Rp 1 triliun. Arus kas perusahaan saat ini bergantung pada proyek-proyek baru atau sisa nilai proyek lama, serta divestasi jalan tol. Sumber pendanaan lain seperti fasilitas perbankan tidak lagi tersedia karena restrukturisasi.
Menghadapi situasi ini, perusahaan harus berinovasi dalam mencari proyek baru yang dapat memberikan margin baik tanpa menimbulkan masalah finansial baru. Divestasi jalan tol menjadi salah satu opsi, namun beberapa ruas jalan mungkin tidak dapat dilakukan dalam waktu dekat. Penting bagi Waskita Karya untuk tetap fokus pada investasi jangka panjang di sektor infrastruktur, seperti jalan tol, yang memiliki potensi pertumbuhan dan konektivitas yang kuat. Dengan demikian, perusahaan dapat memperkuat posisi keuangannya dan berkontribusi positif pada pembangunan ekonomi nasional.