Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di angka 5,75%, yang menyebabkan mata uang rupiah mengalami penurunan nilai terhadap dolar AS. Meskipun keputusan ini sejalan dengan prediksi banyak lembaga keuangan, penguatan indeks dolar AS membuat tekanan pada rupiah semakin besar.
Pada perdagangan Rabu, kurs rupiah ditutup pada posisi Rp16.860 per dolar AS, menunjukkan pelemahan sebesar 0,06%. Indeks dolar AS (DXY) juga naik tipis hingga mencapai level 99,19. Keputusan ini tetap konsisten selama tiga bulan berturut-turut, namun beberapa analis memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga menjadi 5,50%.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, memutuskan untuk menjaga stabilitas suku bunga acuan dalam upaya mendukung perekonomian nasional. Meski demikian, kurs rupiah masih menghadapi tantangan akibat penguatan dolar AS.
Ketika Rapat Dewan Gubernur (RDG) dilaksanakan pada April 2025, kebijakan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan di angka 5,75% menjadi fokus perhatian pasar. Hal ini sesuai dengan proyeksi mayoritas institusi keuangan yang disurvei oleh CNBC Indonesia Research. Dalam konteks ini, stabilitas suku bunga diharapkan dapat memberikan sinyal positif bagi pelaku usaha dan investor. Namun, faktor eksternal seperti penguatan dolar AS tetap menjadi ancaman serius bagi nilai tukar rupiah. Pada hari Rabu, kurs rupiah tertutup di angka Rp16.860 per dolar AS, menandakan adanya tekanan signifikan meskipun BI telah berusaha menjaga stabilitas moneter.
Meskipun kebijakan BI memberikan stabilitas jangka pendek, kondisi global turut menentukan arah pergerakan rupiah ke depannya.
Pada periode pengamatan, indeks dolar AS (DXY) tercatat menguat sekitar 0,28%, mencapai level 99,19. Situasi ini menjadi salah satu alasan utama pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Sebagian pakar menyatakan bahwa meskipun BI telah memilih jalur kebijakan yang hati-hati, faktor internasional seperti tingginya volatilitas pasar global tetap memengaruhi performa rupiah. Selain itu, ada sejumlah lembaga yang memprediksi potensi penurunan suku bunga lebih lanjut ke angka 5,50%. Prospek ini menambah ketidakpastian bagi mata uang Garuda di masa mendatang. Dengan demikian, langkah-langkah strategis dari otoritas moneter akan sangat menentukan bagaimana rupiah dapat pulih dari tekanan saat ini.