Pada akhir kuartal keempat tahun 2024, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mencapai US$424,8 miliar, menunjukkan penurunan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang sebesar US$428,1 miliar. Meskipun mengalami penurunan, ULN masih tumbuh 4% secara tahunan. Penurunan ini terjadi baik pada sektor publik maupun swasta. Pemerintah mencatat posisi ULN sebesar US$203,1 miliar, sedangkan sektor swasta mencapai US$194,1 miliar. Berbagai faktor mempengaruhi perkembangan ini, termasuk penguatan mata uang dolar AS dan kontraksi pertumbuhan utang jangka pendek.
Pada kuartal IV-2024, dalam suasana ekonomi global yang dinamis, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mencatat penurunan menjadi US$424,8 miliar. Di tengah kondisi ini, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menyampaikan bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh berkurangnya ULN sektor publik dan swasta. Posisi ULN pemerintah turun dari US$204,1 miliar di kuartal III-2024 menjadi US$203,1 miliar di kuartal IV-2024. Secara tahunan, pertumbuhan ULN pemerintah melambat menjadi 3,3% dari 8,4% pada triwulan sebelumnya.
Di sisi lain, ULN sektor swasta juga mengalami penurunan, dari US$196,3 miliar menjadi US$194,1 miliar. Pertumbuhan ULN swasta mengalami kontraksi sebesar 2,2% secara tahunan, lebih dalam dibandingkan 0,6% pada kuartal sebelumnya. Kontraksi ini dipengaruhi oleh lembaga keuangan dan perusahaan non-keuangan yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 2,5% dan 2,1%. Meski demikian, aliran modal asing tetap stabil dan didominasi oleh utang jangka panjang.
Dalam konteks sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, serta sektor listrik dan gas, dengan total pangsa 79,5%. Rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia turun menjadi 30,4%, menunjukkan kondisi yang sehat dan didominasi oleh utang jangka panjang.
Dari perspektif ini, Bank Indonesia optimistis bahwa kondisi utang luar negeri Indonesia tetap berada dalam posisi yang sehat dan terkendali. Hal ini tercermin dari dominasi utang jangka panjang dan rasio ULN terhadap PDB yang rendah.
Sebagai pembaca, informasi ini memberikan gambaran tentang stabilitas ekonomi Indonesia dalam mengelola utang luar negeri. Meskipun ada penurunan, hal ini tidak mengganggu kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi negara. Ini menunjukkan bahwa pemerintah dan Bank Indonesia telah berhasil menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan manajemen utang. Ke depannya, penting bagi pihak berwenang untuk terus memantau dan mengoptimalkan strategi pengelolaan utang agar tetap mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.