Langkah The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuannya di tengah ketegangan perdagangan internasional telah mengguncang pasar modal Indonesia. Investor mulai merespons dengan sikap hati-hati, mengingat potensi dampak negatif terhadap stabilitas ekonomi nasional.
Penurunan IHSG kali ini tidak lepas dari keputusan The Fed yang memilih untuk menahan suku bunga acuan dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC). Keputusan ini diambil karena adanya risiko signifikan terhadap stabilitas harga dan ketenagakerjaan global, khususnya setelah Presiden Donald Trump menerapkan tarif impor besar-besaran pada awal April 2025.
Situasi ini membuat bank sentral Amerika Serikat (AS) harus berhati-hati dalam menentukan langkah kebijakan moneter berikutnya. Ketidakpastian tersebut memengaruhi arus modal global, termasuk pasar saham Indonesia yang sangat bergantung pada investor asing.
Ketegangan perdagangan antara AS dan mitra dagangannya, terutama Tiongkok, telah menyebabkan volatilitas tinggi di pasar saham dunia. Hal ini tercermin dari performa IHSG yang turun drastis meskipun sebelumnya sempat menunjukkan tren positif.
Sejak Maret 2022 hingga Juli 2023, The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak 525 basis poin (bps), yang kemudian dipertahankan selama lebih dari satu tahun pada rentang 5,25-5,50%. Meski suku bunga telah dikurangi pada akhir 2024, langkah tersebut tampaknya belum cukup untuk memulihkan kepercayaan investor secara keseluruhan.
Dalam konferensi pers usai rapat FOMC, Jerome Powell, Ketua The Fed, menjelaskan bahwa kondisi saat ini tidak memungkinkan tindakan pre-emptive karena belum ada data yang cukup untuk menentukan respons yang tepat. Hal ini menunjukkan betapa kompleksnya situasi ekonomi global saat ini.
Indonesia sebagai bagian dari ekonomi global juga merasakan dampak langsung dari kebijakan The Fed. Nilai transaksi yang mencapai Rp 6,82 triliun pada hari itu melibatkan jutaan saham dalam ratusan ribu kali transaksi, namun mayoritas saham mengalami penurunan harga.
Meskipun IHSG mengalami penurunan, para analis tetap optimistis bahwa pasar akan pulih jika kebijakan global dapat memberikan sinyal positif. Diversifikasi portofolio menjadi strategi utama bagi investor untuk menghadapi volatilitas pasar.
Pemerintah Indonesia juga perlu meningkatkan upaya dalam menarik investasi asing agar bisa memperkuat fundamental ekonomi domestik. Dengan demikian, dampak negatif dari kebijakan eksternal seperti suku bunga The Fed dapat diminimalkan.