Pasar minyak global mengalami perubahan signifikan akibat intervensi politik dan ketidakpastian ekonomi. Pada perdagangan awal bulan Maret, harga minyak mentah dunia mencatat kenaikan meskipun tekanan pasar tetap tinggi. Kenaikan ini dipicu oleh langkah Amerika Serikat yang memberlakukan sanksi baru terhadap Iran serta beberapa entitas terkait. Sanksi tersebut berpotensi membatasi pasokan minyak dari Iran ke pasar internasional. Harga minyak Brent naik tipis menjadi sekitar US$70,40 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) melonjak hingga US$67,08 per barel.
Di sisi lain, tekanan besar pada harga minyak juga berasal dari ketegangan perdagangan global yang semakin intens. Ancaman pemerintah AS untuk menaikkan tarif bea impor produk-produk Eropa seperti anggur dan sampanye dengan persentase 200% telah memicu kekhawatiran lebih lanjut. Para analis menyatakan bahwa eskalasi perang dagang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global, yang pada gilirannya akan menekan permintaan minyak secara keseluruhan. Selain itu, ketidakpastian geopolitik antara Rusia dan Ukraina juga memperburuk situasi. Meskipun ada upaya gencatan senjata, negosiasi masih belum mencapai kesepakatan yang jelas.
Meskipun ada dorongan dari sanksi AS terhadap Iran, ancaman kelebihan pasokan minyak global tetap menjadi isu utama. Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan bahwa produksi minyak dari negara-negara non-OPEC, terutama Amerika Serikat, dapat meningkat pesat dalam waktu dekat. Surplus minyak diperkirakan mencapai lebih dari 600.000 barel per hari, melebihi proyeksi permintaan tahun ini. Selain itu, OPEC+ yang sebelumnya menahan produksi mulai meningkatkan output mereka, menambah tekanan pada harga minyak. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, para pelaku pasar terus memantau perkembangan kebijakan dari produsen-produsen utama minyak dan dinamika geopolitik yang mungkin memengaruhi stabilitas pasar energi.
Situasi pasar minyak saat ini mencerminkan betapa kompleksnya hubungan antara geopolitik, ekonomi global, dan industri energi. Meskipun adanya tantangan yang cukup berat, langkah-langkah diplomasi dan penyesuaian kebijakan oleh negara-negara produsen minyak dapat membantu menjaga keseimbangan pasar. Dengan kerjasama internasional yang kuat, harapan untuk stabilisasi harga minyak dan pemulihan ekonomi tetap terbuka lebar.