Pasar
Koreksi Massal Emiten Grup Konglomerat di Bursa Efek Indonesia
2025-03-18

Pada perdagangan Selasa (18/3/2025), sejumlah emiten dari berbagai konglomerat besar di Indonesia mengalami penurunan signifikan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat turun lebih dari 2% pada sesi pertama, dengan hanya sektor transportasi yang mencatat kenaikan tipis. Emiten teknologi dan perbankan menjadi pendorong utama penurunan IHSG, diikuti oleh saham-saham milik konglomerat ternama seperti Salim Group, Barito Group, Agung Sedayu, Sinar Mas, serta kongsi Boy Thohir dan Saratoga.

Banyak emiten grup konglomerat justru menjadi laggard pasar hari itu. Salah satu contohnya adalah saham DCI Indonesia (DCII) milik Toto Sugiro dan Anthoni Salim, yang menyentuh batas auto rejection bawah hingga 20%. Selain itu, saham-saham lainnya seperti BREN, TPIA, PANI, DSSA, ADRO, dan bank-bank raksasa juga ikut melemah. Pergerakan ini dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dan rapat suku bunga Federal Reserve AS.

Penurunan Drastis Emiten Besar dalam Grup Konglomerat

Banyak emiten milik konglomerat besar Indonesia mengalami pelemahan tajam pada perdagangan Selasa. Beberapa saham bahkan menyentuh batas auto rejection bawah (ARB), menunjukkan volatilitas ekstrem di pasar modal domestik. Emiten teknologi dan perbankan menjadi sektor-sektor utama yang membebani kinerja IHSG, namun pengaruh dari konglomerat ternama juga sangat dirasakan.

Saham DCII milik Salim Group, misalnya, tercatat anjlok 20% setelah sebelumnya melonjak pesat hampir 400% sepanjang tahun ini. Kondisi tersebut didorong oleh rencana stock split yang diumumkan oleh manajemen perusahaan. Di sisi lain, saham-saham lain seperti AMMN, ICBP, dan INDF juga mengalami koreksi, meskipun tidak sebesar DCII. Emiten-elemen milik Prajogo Pangestu, termasuk BREN dan TPIA, turun masing-masing -9,17% dan -11,65%, sehingga berkontribusi signifikan pada penurunan indeks utama BEI.

Emiten milik grup Agung Sedayu juga tidak luput dari tekanan pasar. Saham PANI dan anak usahanya yang baru melakukan IPO turun hingga 8,33%. Situasi serupa terjadi pada emiten Grup Sinar Mas, di mana DSSA, TKIM, dan INKP semuanya mengalami pelemahan. Bahkan, saham kongsi Boy Thohir dan Saratoga seperti ADRO dan AADI ikut terkoreksi, menambah beban bagi IHSG. Penurunan ini memberikan gambaran bahwa sentimen negatif sedang menguasai pasar modal Tanah Air.

Dampak Koreksi Pasar Terhadap Sektor-Sektor Utama

Koreksi pasar pada hari Selasa memberikan dampak luas kepada berbagai sektor, terutama teknologi, perbankan, dan komoditas. Emiten teknologi, yang sebelumnya menjadi favorit investor, kini menjadi salah satu penyebab utama pelemahan IHSG. Disusul oleh sektor perbankan, di mana bank-bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, dan BNI juga turun signifikan, mencerminkan ketidakpastian pasar terhadap kebijakan moneter mendatang.

Bank Central Asia (BBCA) menjadi salah satu kontributor terbesar penurunan IHSG setelah RUPS memutuskan pembagian dividen tunai. Ketiga bank BUMN, yakni BBRI, BMRI, dan BBNI, juga turun seiring dengan antisipasi pasar terhadap keputusan rapat suku bunga BI dan The Fed. Selain itu, emiten tambang seperti MDKA dan MBMA juga melemah akibat kekhawatiran global terhadap permintaan komoditas. Secara keseluruhan, situasi ini menciptakan suasana hati wait-and-see di kalangan pelaku pasar, terutama menjelang serangkaian kebijakan penting dari bank sentral domestik maupun internasional.

More Stories
see more