Kondisi pasar modal di Tanah Air mengalami fluktuasi signifikan menjelang libur panjang Lebaran tahun 2025. Pada periode ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pernah mengalami trading halt akibat penurunan drastis, sementara nilai tukar Rupiah mencapai titik terendah sejak krisis moneter pada era 1998. Menurut kepala eksekutif Trimegah Asset Management, kondisi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Meskipun demikian, para pelaku pasar melihat ada peluang investasi di tengah ketidakpastian ini.
Banyak perusahaan yang saat ini diperdagangkan dengan harga lebih rendah dibandingkan biasanya, sehingga menjadi incaran bagi investor jangka panjang. Dalam analisisnya, Antony Dirga menyoroti dua elemen utama yang mempengaruhi lesunya performa pasar keuangan domestik. Pertama, adanya kebijakan dari Presiden Amerika Serikat yang memberikan dampak luas secara global. Kedua, ketidakjelasan kebijakan pemerintah Indonesia, termasuk isu terkait Danantara, turut memperburuk situasi. Hal ini membuat investor cenderung waspada dan mengambil langkah-langkah defensif.
Di tengah tantangan ini, perspektif positif tetap dapat ditemukan. Para pelaku pasar percaya bahwa momen ini bisa dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk membangun portofolio yang lebih kuat. Melalui pemilihan emiten yang tepat serta strategi investasi yang matang, potensi rebound pasar dapat dimaksimalkan. Selain itu, stabilitas ekonomi nasional juga akan semakin terjaga jika semua pihak bekerja sama dalam menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif dan transparan.