Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa positif pada perdagangan kemarin dengan kenaikan signifikan hingga 0,9%. Pada sesi pertama, indeks mencapai level 6.368,63 setelah menguat sebanyak 56,97 poin. Peningkatan ini didorong oleh sektor bahan baku yang unggul dengan kontribusi terbesar, diikuti oleh teknologi dan utilitas. Aktivitas transaksi mencatatkan lebih dari Rp 6 triliun melibatkan miliaran saham dalam ratusan ribu kali transaksi. Kenaikan ini juga dipengaruhi oleh kebijakan baru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memudahkan proses buyback tanpa harus melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Selain itu, pasar juga terdampak oleh keputusan Bank Indonesia (BI) dan The Fed untuk menahan suku bunga acuan masing-masing.
Kinerja IHSG yang gemilang pada hari tersebut dipicu oleh berbagai faktor. Salah satu penyebab utamanya adalah langkah deregulasi yang diambil oleh OJK terkait pembelian kembali saham atau buyback. Mulai Maret 2025, perusahaan dapat melakukan buyback secara langsung tanpa persetujuan RUPS. Hal ini memberikan fleksibilitas bagi emiten seperti DCI Indonesia (DCII), Chandra Asri Pasific (TPIA), dan Barito Renewables Energy (BREN) untuk mendongkrak harga saham mereka. DCII bahkan berhasil mencatatkan peningkatan 10%, menjadi salah satu andalan penguatan IHSG.
Selain itu, sentimen global turut memengaruhi pasar modal Tanah Air. Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan AS di rentang 4,25-4,50% menjadi sinyal penting bagi investor. Meskipun ada peringatan potensi resesi di AS, langkah ini dianggap sebagai upaya menjaga stabilitas ekonomi global. Di sisi lain, BI juga memilih untuk tidak menaikkan BI Rate, tetap mempertahankannya di level 5,75%. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan inflasi serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sesuai target.
Berkaca pada situasi ini, para pelaku pasar memperkirakan bahwa kejelasan kebijakan moneter domestik maupun internasional akan terus memengaruhi arah IHSG. Dengan adanya relaksasi aturan buyback dan stabilitas suku bunga, pasar optimistis bahwa ketidakpastian mulai mereda. Namun, risiko masih ada, terutama jika sentimen negatif dari luar negeri semakin kuat. Investor diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi volatilitas di masa mendatang.
Dengan dikeluarkannya kebijakan baru dari OJK dan keputusan strategis dari bank sentral baik di Indonesia maupun Amerika Serikat, harapan besar muncul untuk stabilisasi pasar keuangan. Langkah-langkah ini tidak hanya membuka ruang bagi emiten lokal untuk meningkatkan nilai sahamnya tetapi juga menunjukkan komitmen lembaga-lembaga terkait dalam menjaga iklim investasi yang kondusif. Meskipun tantangan masih ada, respons cepat dari regulator diyakini mampu mencegah gejolak berkepanjangan di pasar modal Indonesia.