Pasar
Penguatan IHSG Ditopang Kebijakan Buyback dan Suku Bunga
2025-03-20

Pada hari Kamis, bursa saham Indonesia menyaksikan penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup pada 6.381,67 dengan kenaikan sebesar 1,11%. Peningkatan ini terjadi meskipun adanya pelemahan menjelang akhir sesi perdagangan pertama. Transaksi di pasar modal hari itu mencapai Rp 11,27 triliun, melibatkan lebih dari 16 miliar saham. Sektor teknologi menjadi sorotan utama dengan kenaikan hampir 10%, sementara beberapa sektor lain seperti keuangan dan properti masih tertekan. Keputusan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk merelaksasi aturan buyback turut mendukung pergerakan IHSG.

Peningkatan IHSG Didorong oleh Sektor Teknologi dan Kebijakan Baru

Di tengah dinamika ekonomi global, IHSG berhasil menunjukkan performa positif pada perdagangan Kamis. Pada awal sesi, indeks ini sempat melesat hingga 2% sebelum mengalami penurunan menjelang akhir perdagangan. Dalam total transaksi yang cukup besar, sebanyak 299 saham menguat, sementara 272 lainnya melemah. Di antara sektor-sektor yang ada, sektor teknologi menjadi pendorong utama dengan lonjakan signifikan hampir 10%. Namun, sektor keuangan dan properti masih tertahan oleh tekanan pasar.

Dalam kondisi tersebut, empat saham konglomerat besar berperan penting dalam memacu kinerja IHSG. Emiten terkait Salim Group menjadi penyumbang terbesar, diikuti oleh saham-saham lainnya seperti BREN dan TPIA. Peningkatan ini dipicu oleh kebijakan baru OJK yang memungkinkan perusahaan melakukan buyback tanpa harus melalui rapat pemegang saham umum (RUPS). Peraturan ini akan berlaku hingga Maret 2025.

Sentimen pasar juga dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan The Fed. BI mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level 5,75%, sementara The Fed tetap menahan suku bunganya di rentang 4,25-4,50%. Meski demikian, potensi resesi di Amerika Serikat tetap menjadi perhatian investor global.

Di Jakarta, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk menjaga inflasi sesuai target serta mendorong stabilitas kurs dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Dengan langkah-langkah ini, harapan besar diletakkan pada ketenangan pasar di tengah ketidakpastian global.

Kebijakan buyback yang dilonggarkan oleh OJK dapat menjadi angin segar bagi emiten di Indonesia. Langkah ini memberikan fleksibilitas kepada perusahaan untuk meningkatkan nilai saham mereka tanpa formalitas tambahan. Namun, penting bagi investor untuk tetap waspada terhadap risiko yang mungkin timbul, terutama dalam konteks sentimen global yang masih cenderung fluktuatif. Keputusan BI dan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan menjadi indikator penting bahwa perlambatan ekonomi global belum sepenuhnya hilang. Oleh karena itu, investor perlu mempertimbangkan strategi jangka panjang untuk menghadapi tantangan-tantangan mendatang.

More Stories
see more