Pasar
Rupiah Menguat Ditengah Dinamika Kebijakan Moneter Global
2025-03-20

Pada perdagangan Kamis (20/3/2025), mata uang rupiah berhasil memperbaiki performanya terhadap dolar AS, mengakhiri serangkaian penurunan sebelumnya. Penguatan ini terjadi di tengah pergerakan indeks dolar AS yang melemah dan kebijakan suku bunga yang tetap dipertahankan oleh Bank Indonesia (BI) serta The Fed. BI menetapkan tingkat suku bunga acuan pada 5,75%, sementara The Fed mempertahankan kisaran suku bunganya di level 4,25-4,50%. Langkah-langkah ini bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi global dan domestik, meskipun ada ancaman resesi dari perekonomian AS.

Di akhir sesi perdagangan, kurs rupiah bergerak di posisi Rp16.470 per dolar AS, naik sebesar 0,30% dibandingkan hari sebelumnya. Perubahan ini datang setelah tiga hari pelemahan yang signifikan. Indeks dolar AS (DXY) juga turut melemah tipis menjadi 103,63 pada pukul 14:45 WIB. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan Rabu (19/3/2025) yang berada di angka 103,68. Pergerakan ini mencerminkan dinamika pasar global yang cenderung waspada terhadap potensi risiko ekonomi.

Kebijakan moneter domestik tampaknya menjadi salah satu faktor pendorong penguatan rupiah. Dalam rapat terbarunya, BI memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuan yang tetap berada di level 5,75%. Keputusan ini dilakukan sebagai upaya untuk menjaga tekanan inflasi sesuai target tahun ini dan mendatang, yaitu sekitar 2,5% plus minus 1%. Selain itu, kebijakan ini juga bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dalam kisaran 4,7%-5,5% pada 2025.

Pada sisi lain, The Fed juga memilih untuk menahan suku bunganya di bulan ini, yakni pada kisaran 4,25-4,50%. Pengumuman ini dilakukan pada Kamis dini hari waktu Indonesia (20/3/2025). Ini merupakan langkah kedua The Fed dalam menahan suku bunga setelah terakhir kali melakukan pemotongan pada Desember 2024. Dalam pernyataannya, The Fed juga menyampaikan peringatan terkait ancaman potensial resesi di AS, yang bisa berdampak luas pada kondisi ekonomi global.

Dengan kondisi seperti ini, pelaku pasar memproyeksikan bahwa stabilitas nilai tukar rupiah akan terus dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter global dan domestik. Selain itu, sentimen investor juga dapat berfluktuasi tergantung pada perkembangan ekonomi global maupun domestik. Meski demikian, langkah-langkah yang telah diambil oleh bank sentral diharapkan dapat memberikan landasan yang kokoh bagi perekonomian Indonesia.

Pergerakan positif rupiah kali ini menjadi indikator awal bahwa pasar mulai merespons baik kebijakan moneter yang konsisten dari BI dan The Fed. Namun, tantangan masih ada di depan, terutama dengan adanya risiko resesi yang disinyalkan oleh The Fed. Oleh karena itu, pengawasan ketat terhadap dinamika pasar keuangan tetap menjadi prioritas utama bagi para regulator dan pelaku pasar.

More Stories
see more