Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkapkan kebijakan tarif impor baru yang diperkirakan akan mengguncang perekonomian dunia. Kebijakan ini mencakup berbagai negara dan jenis produk, dengan tarif dasar 10% serta tambahan spesifik untuk beberapa mitra dagang utama.
Tarif ini tidak hanya mencakup barang-barang umum tetapi juga kendaraan bermotor dengan persentase yang lebih tinggi. Negara-negara seperti Uni Eropa, Tiongkok, Jepang, dan India akan menghadapi beban ekstra dibandingkan lainnya.
Sebelum pengumuman resmi, Gedung Putih telah merencanakan langkah-langkah terkait tarif impor sebagai bagian dari strategi perdagangan global. Presiden AS menetapkan tarif dasar sebesar 10%, yang akan diberlakukan mulai tahun 2025 mendatang. Negara-negara seperti Inggris, Singapura, Brasil, hingga Selandia Baru termasuk dalam daftar yang hanya menerima suku bunga dasar tersebut.
Tarif dasar ini dirancang untuk memastikan keseimbangan perdagangan antara AS dan para mitranya. Namun, ada pengecualian di mana beberapa negara tidak dikenakan beban tambahan karena dinilai memiliki hubungan dagang yang adil dan transparan. Misalnya, Kanada dan Meksiko tidak masuk dalam skema tarif tambahan, melainkan menggunakan kerangka kerja perintah eksekutif sebelumnya.
Berbeda dari tarif dasar yang bersifat umum, kebijakan ini juga memberikan perhatian khusus kepada "pelanggar terburuk" dalam perdagangan global. Sebanyak 60 negara akan menghadapi tarif timbal balik yang lebih tinggi, dimulai pada bulan April mendatang. Beberapa mitra dagang utama AS, seperti Uni Eropa, Tiongkok, Vietnam, Thailand, Jepang, Kamboja, Afrika Selatan, Taiwan, dan India, akan menghadapi tarif yang berkisar antara 20% hingga 54%. Penetapan ini didasarkan pada klaim bahwa negara-negara tersebut memberlakukan hambatan perdagangan non-tarif dan menaikkan beban tarif lebih tinggi pada produk-produk AS.
Selain tarif dasar dan khusus, industri otomotif menjadi sasaran utama dengan pemberlakuan tarif 25% pada semua mobil buatan luar negeri. Keputusan ini diambil setelah serangkaian analisis yang menunjukkan ketidakadilan perdagangan dalam sektor ini. Tarif ini akan berlaku hampir secara instan, yakni pada tengah malam waktu setempat.
Penerapan tarif pada kendaraan bermotor bertujuan untuk melindungi produsen lokal dan meningkatkan daya saing pasar domestik AS. Namun, dampaknya dapat dirasakan oleh konsumen AS sendiri, yang kemungkinan akan menghadapi kenaikan harga signifikan atas kendaraan impor.
Secara keseluruhan, kebijakan tarif baru ini menunjukkan eskalasi terbaru dari perang dagang global. Dengan fokus pada negara-negara yang dianggap pelanggar terburuk, AS mencoba untuk menyeimbangkan defisit perdagangan dan melindungi industri dalam negeri. Akan tetapi, risiko dari kebijakan ini adalah potensi reaksi dari mitra dagang utama, yang bisa memicu konflik perdagangan lebih lanjut dan berdampak negatif pada stabilitas ekonomi global.