Berita
Pengenaan Tarif Resiprokal AS Mendorong Perubahan Profil Perdagangan dengan Indonesia
2025-04-03

Hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Indonesia memasuki fase baru setelah kebijakan tarif resiprokal sebesar 32 persen diberlakukan oleh pemerintah AS. Kebijakan ini, yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump, diprediksi akan mengubah dinamika perdagangan kedua negara secara signifikan. Dengan surplus perdagangan nonmigas Indonesia-AS yang mencapai USD16,08 miliar pada tahun 2024, dampak dari pengenaan tarif ini tidak hanya terbatas pada ekspor produk seperti garmen, peralatan listrik, alas kaki, dan minyak nabati, tetapi juga berdampak luas pada stabilitas ekonomi global. Selain itu, kebijakan ini menjadi tantangan bagi konsumen AS karena kemungkinan kenaikan harga barang-barang pokok.

Kebijakan tersebut dilatarbelakangi oleh upaya AS untuk menyeimbangkan ketidakadilan dalam perdagangan internasional. Pada awalnya, pemerintah AS menghitung tarif berdasarkan defisit perdagangan yang dialami terhadap mitra dagangnya, termasuk Indonesia. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan negara sebesar ratusan miliar dolar serta mendorong kembalinya aktivitas produksi ke tanah air. Namun, Trump akhirnya memutuskan untuk memangkas separuh tarif sebagai bentuk kompromi, meskipun masih memberikan tekanan signifikan pada pasar internasional.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor nonmigas Indonesia ke AS pada bulan Februari 2025 mencapai USD2,35 miliar, naik dari Januari yang sebesar USD2,33 miliar. Surplus perdagangan terbesar Indonesia tercatat dengan AS, yakni sebesar USD1,57 miliar pada periode tersebut. Tiga komoditas utama penyumbang surplus ini adalah peralatan elektronik, pakaian jadi, dan alas kaki. Seiring dengan implementasi tarif baru, para pelaku usaha di Indonesia dituntut untuk menyesuaikan strategi agar tetap kompetitif di pasar global.

Tindakan ini juga membawa implikasi bagi konsumen AS, terutama kelas menengah, yang kemungkinan besar akan menghadapi kenaikan harga pada berbagai produk impor. Barang-barang seperti perumahan, kendaraan bermotor, dan pakaian menjadi sektor yang paling dirugikan akibat kebijakan ini. Para analis memperingatkan bahwa langkah Trump dapat memicu perlambatan ekonomi mendadak jika konsumen dan bisnis tidak mampu menyerap kenaikan harga dengan baik.

Dengan adanya pengenaan tarif resiprokal ini, Indonesia dan AS diharapkan dapat menemukan solusi kolaboratif untuk menjaga hubungan dagang tetap harmonis. Meskipun tantangan besar telah muncul, peluang untuk inovasi dan diversifikasi pasar tetap terbuka lebar bagi kedua belah pihak. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci penting untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tetap berjalan seimbang di tengah dinamika perdagangan global yang semakin kompleks.

More Stories
see more