Pada perdagangan saham terbaru di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan hingga 7%. Penurunan ini menjadi yang terendah sejak pandemi Covid-19. Selama sesi perdagangan tersebut, aliran dana asing keluar dari pasar saham Indonesia mencapai Rp 2,49 triliun secara keseluruhan. Di pasar reguler, tercatat ada penjualan bersih sebesar Rp 2,57 triliun, meskipun ada pembelian kecil di pasar negosiasi dan tunai. Faktor-faktor seperti pelemahan rupiah, beban fiskal, serta ketidakpastian politik menjelang pelantikan presiden periode mendatang turut memengaruhi performa pasar modal.
Dalam sebuah momen suram untuk pasar modal Indonesia, IHSG anjlok hingga menyentuh level Rp6.084, yang merupakan titik terendah sejak masa pandemi. Kejadian ini terjadi di tengah arus keluarnya dana asing dalam jumlah besar, mencapai hampir Rp 2,5 triliun pada hari perdagangan kemarin. Lebih spesifik lagi, data menunjukkan bahwa di pasar regular saham, dana asing bergerak keluar sekitar Rp 2,57 triliun, sementara di pasar negosiasi dan tunai masih ada sedikit pembelian sebesar Rp 82,46 miliar.
Peristiwa ini juga dipicu oleh beberapa faktor eksternal, termasuk pelemahan nilai tukar rupiah dan tantangan fiskal pemerintah. Morgan Stanley bahkan telah menurunkan peringkat investasi di pasar modal Indonesia akhir tahun lalu, dengan alasan adanya tekanan domestik dan global. Sentimen negatif dari dalam negeri, seperti isu-isu politik menjelang pemilihan kepemimpinan nasional, juga ikut memperburuk kondisi pasar saham Indonesia.
Berbagai faktor baik dari internal perusahaan maupun eksternal turut membentuk situasi saat ini. Secara umum, faktor eksternal mencakup perkembangan ekonomi domestik dan internasional, yang memiliki pengaruh besar terhadap harga saham di pasar modal.
Di Jakarta, para analis pasar memperingatkan bahwa situasi ini dapat berdampak jangka panjang bagi investor lokal maupun asing. Oleh karena itu, langkah-langkah strategis harus segera diambil untuk menstabilkan pasar kembali.
Sebagai seorang jurnalis, berita ini memberikan gambaran tentang pentingnya stabilitas ekonomi dan kepercayaan investor dalam menjaga performa pasar modal. Kondisi pasar yang fluktuatif seperti ini menunjukkan betapa rentannya sistem keuangan terhadap sentimen global dan domestik. Untuk pembaca, informasi ini bisa menjadi pengingat akan perlunya diversifikasi investasi dan pemahaman lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal. Terlebih lagi, ini adalah waktu yang tepat bagi pemerintah untuk mengevaluasi kembali kebijakan ekonominya guna menghadapi tantangan-tantangan mendatang.