Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) mengambil tindakan preventif dengan menutup aktivitas pendakian sementara karena meningkatnya aktivitas gempa vulkanik. Penutupan ini dilakukan untuk memastikan keselamatan para pendaki dan pengunjung. Berdasarkan informasi dari Badan Geologi Kementerian ESDM, peningkatan aktivitas gempa vulkanik menjadi alasan utama keputusan tersebut. Penutupan berlangsung dari 3 hingga 7 April 2025, meskipun periode ini dapat diperpanjang jika kondisi belum membaik.
Dalam situasi ini, para peminat pendakian yang telah melakukan reservasi dalam jangka waktu penutupan disarankan untuk menunda rencana kunjungan mereka. Langkah ini bertujuan agar semua pihak tetap aman serta menjaga lingkungan gunung dari potensi ancaman geologi.
Berdasarkan informasi terbaru dari Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, aktivitas mendaki di wilayah tersebut harus dihentikan sementara. Keputusan ini diambil setelah adanya laporan dari Badan Geologi tentang meningkatnya aktivitas gempa vulkanik di daerah sekitar. Melalui akun media sosial resminya, pihak BBTN menyampaikan bahwa langkah ini adalah upaya pencegahan terhadap risiko yang tidak diinginkan.
Langkah penutupan ini diambil sebagai tanggapan langsung atas perubahan kondisi geologis yang terjadi. Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan, semua rencana pendakian yang telah dijadwalkan selama periode penutupan harus diubah. Para pegiat alam diajak untuk bekerja sama dengan aturan yang ditetapkan demi melindungi diri sendiri dan lingkungan sekitar. Informasi lebih lanjut akan terus diberikan oleh otoritas terkait sesuai perkembangan situasi.
Bagi para pendaki yang sudah merencanakan kunjungan pada tanggal-tanggal yang ditutup, ada beberapa panduan penting yang perlu dipatuhi. Pertama, mereka diminta untuk menghubungi pihak terkait guna menjadwalkan ulang pendakian mereka. Proses ini dilakukan secara sistematis untuk memastikan semua peserta tetap bisa menikmati pengalaman mendaki di waktu yang lebih aman.
Kedua, pihak pengelola juga memberikan fasilitas fleksibilitas terkait reservasi. Hal ini berarti para calon pendaki memiliki kelonggaran waktu untuk menyesuaikan jadwal baru tanpa mengalami kerugian finansial. Selain itu, pihak BBTN juga menekankan pentingnya kesadaran individu terhadap risiko geologi saat melakukan aktivitas alam liar. Dengan demikian, kolaborasi antara pengelola dan masyarakat sangatlah esensial dalam menjaga kelestarian serta keamanan TNGGP.