Puluhan jamaah di Kota Solo, Jawa Tengah, memperingati Salat Idulfitri 1446 H dengan cara yang unik. Acara ini berlangsung di sepanjang Jalan Jaya Wijaya, Mojosongo, tepatnya di wilayah Jebres. Dalam perayaan tersebut, Masjid Al-Bakrie menjadi salah satu pusat kegiatan yang menggelar ibadah lebih awal dari penentuan pemerintah nasional. Berdasarkan pengamatan bulan atau rukyat global, para pemimpin masjid setempat memutuskan bahwa hari Minggu (30/4/2025) adalah awal bulan Syawal. Keputusan ini didasari oleh informasi dari negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi yang telah menyaksikan hilal pada malam sebelumnya.
Kepala takmir Masjid Al-Bakrie, Sulaiman, menjelaskan bahwa keputusan untuk mengikuti rukyat global dilakukan setelah mendapatkan konfirmasi dari beberapa sumber internasional pada malam sebelumnya. Meskipun waktu persiapan terbilang singkat, tim takmir berhasil menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. Jamaah diberitahu melalui pengeras suara dan media komunikasi digital seperti grup WhatsApp agar tidak kaget dengan perubahan jadwal. "Kami langsung bertindak cepat setelah menerima informasi dari Mekkah dan Yaman," tuturnya.
Selain itu, lokasi pelaksanaan salat dipilih secara strategis di sepanjang jalan untuk menampung jumlah jamaah yang sangat banyak. Menurut laporan, tidak hanya jamaah dari Masjid Al-Bakrie yang hadir, tetapi juga warga dari masjid-masjid lain di sekitarnya. "Kami memberikan pemberitahuan lewat pengeras suara serta group kajian agar semua orang tahu tentang perubahan jadwal ini," lanjut Sulaiman.
Berdasarkan tradisi yang sudah ada, pemerintah lokal tidak menghadapi kendala dalam memberikan izin untuk acara tersebut. Kegiatan serupa telah dilakukan secara rutin di tempat ini selama bertahun-tahun. Para peserta merasa senang karena dapat melaksanakan ibadah mereka dengan nyaman dan aman, meski lokasi sedikit berbeda dari biasanya.
Dengan langkah inovatif yang diambil oleh Takmir Masjid Al-Bakrie, perayaan Salat Id tahun ini membuktikan pentingnya kerja sama antara komunitas lokal dan otoritas agama. Keputusan untuk mengikuti rukyat global menunjukkan betapa dinamisnya sistem keagamaan di Indonesia, yang tetap mempertimbangkan perkembangan global tanpa meninggalkan nilai-nilai lokal. Semua pihak sepakat bahwa momen ini akan menjadi kenangan yang berharga bagi para jamaah di wilayah tersebut.