Perubahan pola investasi global menjadi sorotan utama dalam beberapa waktu terakhir, dengan tanda-tanda peralihan modal dari saham menuju emas. Bank Indonesia (BI) melaporkan adanya tren ini di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Faktor penentu pergeseran ini antara lain dipengaruhi oleh suku bunga acuan global yang turun serta kondisi obligasi pemerintah Amerika Serikat. Dalam konferensi pers baru-baru ini, Gubernur BI menyatakan bahwa instrumen investasi seperti surat berharga negara mulai menunjukkan daya tarik kembali, meskipun belum sepenuhnya kuat.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa sebelumnya mayoritas portofolio investasi cenderung mengarah pada pasar Amerika Serikat. Namun, situasi ekonomi global yang dinamis telah mendorong para investor untuk mencari alternatif yang lebih stabil dan menguntungkan. Salah satu tujuan baru dari investasi ini adalah emas, yang dianggap sebagai pelari aman di tengah ketidakpastian pasar.
Bukan hanya AS yang mengalami perubahan arus modal ini. Banyak negara di Asia, termasuk Indonesia, juga merasakan dampak serupa. Para pemodal mulai mempertimbangkan ulang alokasi dana mereka, dengan melihat potensi pertumbuhan ekonomi domestik yang masih tinggi. Ini tercermin dari realisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Surat Berharga Negara (SBN), yang menunjukkan minat investor terhadap aset-aset Indonesia.
Perry menegaskan bahwa meskipun ada pergeseran signifikan ke emas, instrumen investasi di Indonesia tetap memiliki daya tarik tersendiri. Hal ini didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat, di mana pertumbuhan nasional masih menunjukkan angka positif. Kepercayaan investor terhadap pasar emerging market, termasuk Indonesia, secara bertahap meningkat meskipun belum sepenuhnya stabil.
Tren ini menunjukkan bahwa para investor semakin selektif dalam menempatkan modal mereka. Pilihan berinvestasi pada emas atau instrumen keuangan negara berkembang menjadi strategi mitigasi risiko di tengah volatilitas global. Meskipun demikian, pengembangan produk investasi lokal tetap menjadi fokus penting bagi pemerintah dan bank sentral guna menarik lebih banyak minat dari luar negeri.