Garuda Indonesia mencatat pertumbuhan pendapatan yang signifikan pada tahun 2024, dengan kenaikan sebesar 16,34% secara keseluruhan. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pendapatan penerbangan berjadwal dan tidak berjadwal, serta kontribusi positif dari anak perusahaan seperti GMF AeroAsia dan Aerowisata. Namun, meskipun ada kenaikan dalam pendapatan operasional, maskapai masih mencatat kerugian bersih akibat meningkatnya beban usaha dan pengurangan pendapatan ekstraordiner dibandingkan tahun sebelumnya.
Sektor utama maskapai menunjukkan performa yang membaik dengan peningkatan signifikan pada berbagai lini pendapatan. Peningkatan ini tercermin dari angkutan penumpang dan kargo yang mengalami kenaikan pesat. Selain itu, kontribusi dari anak perusahaan juga menjadi faktor penting dalam mendukung hasil positif Garuda Indonesia.
Pada tahun 2024, Garuda Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan penerbangan berjadwal hingga 15,32%. Sektor angkutan penumpang dan kargo menjadi penyumbang terbesar dalam kenaikan ini. Angka tersebut ditopang oleh peningkatan jumlah penumpang yang mencapai 23,67 juta orang, naik 18,54% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, anak perusahaan seperti GMF AeroAsia dan Aerowisata juga memberikan kontribusi signifikan melalui pemeliharaan pesawat dan layanan biro perjalanan. Kinerja ini menunjukkan keberhasilan strategi diversifikasi pendapatan yang diterapkan oleh Garuda Indonesia.
Meskipun pendapatan meningkat, tantangan operasional tetap menjadi faktor yang memengaruhi profitabilitas maskapai. Beban usaha yang meningkat dan pengurangan pendapatan ekstraordiner menyebabkan kerugian bersih pada tahun 2024. Namun, Garuda Indonesia tetap optimistis dengan rencana ekspansi armada sebagai langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan lebih lanjut.
Beban usaha yang meningkat sebesar 18,32% menjadi salah satu faktor utama penyebab kerugian bersih sebesar US$ 69,78 juta pada tahun 2024. Kenaikan ini disebabkan oleh biaya pemeliharaan besar (overhaul) beberapa pesawat dan dampak lain dari dinamika global seperti fluktuasi kurs dan kompetisi ketat di industri penerbangan. Meski demikian, Garuda Indonesia tetap fokus pada strategi jangka panjang dengan proyeksi penambahan armada hingga 100 unit pada akhir tahun 2025. Langkah ini diharapkan dapat menjadi pendorong utama akselerasi kinerja perusahaan di masa depan. Direksi optimistis bahwa dengan penguatan alat produksi dan efisiensi operasional, Garuda Indonesia akan mampu menjaga momentum positif di tengah tantangan yang terus berkembang.