Pasar
Proyeksi Yield Obligasi Indonesia Tahun 2025: Potensi Menurun ke 6,5%
2025-03-19

Dalam perkiraan terbaru dari sektor keuangan, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia diproyeksikan mencapai angka 6,5% pada tahun 2025. Berdasarkan analisis dari Mandiri Sekuritas, proyeksi ini didukung oleh kemungkinan penurunan suku bunga acuan BI dan tren global yang mendukung penurunan yield treasury. Selain itu, obligasi korporasi dalam negeri juga menunjukkan pertumbuhan signifikan hingga awal tahun ini, dengan nilai penerbitan mencapai Rp20 triliun pada Januari-Februari 2025. Proyeksi ini menjadi indikator penting bagi investor untuk mempertimbangkan strategi investasi mereka di pasar obligasi domestik.

Potensi Penurunan Yield dan Pertumbuhan Obligasi Korporasi

Pada sebuah diskusi resmi di Jakarta, seorang analis senior bernama Handy Yunianto menjelaskan bahwa proyeksi imbal hasil obligasi jangka panjang diperkirakan akan turun secara bertahap menuju level 6,5%. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor ekonomi makro seperti kemungkinan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia serta pergerakan suku bunga federal AS yang cenderung melandai. Dalam suasana yang penuh optimisme tersebut, Handy juga menyampaikan bahwa obligasi korporasi berbasis rupiah telah mengalami pertumbuhan sebesar 11,2% dalam beberapa tahun terakhir.

Lebih lanjut, ia memperkirakan bahwa jika tren ini berlanjut, total emisi obligasi korporasi dapat mencapai Rp160 triliun pada akhir tahun ini. Sementara itu, penerbitan obligasi negara tetap bergantung pada kondisi defisit anggaran pemerintah. Meskipun ada tantangan dalam pengelolaan anggaran, fleksibilitas pembiayaan pemerintah tetap tinggi.

Dari perspektif seorang jurnalis, laporan ini memberikan gambaran tentang bagaimana pasar obligasi domestik terus berkembang meskipun dihadapkan pada ketidakpastian global. Ini juga menunjukkan pentingnya peran suku bunga dalam membentuk arah investasi ke depannya. Bagi pembaca, informasi ini bisa menjadi panduan untuk memahami peluang investasi yang lebih stabil di tengah dinamika ekonomi global yang kompleks.

More Stories
see more