Pada awal Mei 2025, mata uang rupiah mengalami penurunan terhadap dolar Amerika Serikat (AS), seiring dengan kebijakan The Fed yang mempertahankan suku bunga acuannya. Data cadangan devisa Indonesia dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga dirilis dalam periode ini, menunjukkan adanya perbaikan kecil pada keyakinan konsumen meskipun ketidakpastian ekonomi masih tinggi. Secara mingguan, rupiah melemah hampir 0,5%, mencerminkan tekanan pasar global serta prospek domestik yang masih lemah tanpa dukungan kebijakan yang lebih kuat dari pemerintah.
Nilai tukar rupiah melawan dolar AS ditutup pada angka Rp16.510/US$ pada Jumat (9/5/2025). Penurunan ini terjadi paralel dengan kenaikan indeks dolar AS (DXY) yang mencapai 0,25%. Pada saat itu, DXY bergerak di level 100,39, lebih tinggi dibandingkan hari sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa pelemahan rupiah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor domestik tetapi juga oleh sentimen global yang kurang mendukung mata uang emerging market.
Data terbaru dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa cadangan devisa Indonesia tetap stabil selama bulan April 2025. Namun, tantangan utama bagi perekonomian Indonesia adalah ketegangan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja dan ekspektasi ekonomi jangka panjang. Meskipun IKK naik tipis dari 121,1 menjadi 121,7 pada April, optimisme konsumen tampaknya belum sepenuhnya pulih. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran terkait peluang kerja dan stabilitas pendapatan rumah tangga pasca-Lebaran.
Sentimen konsumen diperkirakan akan tetap stagnan atau sedikit membaik dalam beberapa waktu ke depan, didukung oleh potensi stimulus fiskal dan sumber pendapatan musiman. Namun, risiko penurunan tetap signifikan karena transisi politik, perlambatan penciptaan lapangan kerja, dan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Tanpa intervensi kuat dalam bidang ketenagakerjaan, pengendalian inflasi, dan peningkatan belanja sosial, konsumsi swasta kemungkinan besar akan menjadi faktor negatif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua tahun ini.
Ketidakpastian global dan domestik terus menjadi ancaman bagi mata uang rupiah. Meskipun ada indikasi kebangkitan kepercayaan konsumen, langkah-langkah strategis dari pemerintah sangat diperlukan untuk mendorong pemulihan ekonomi secara keseluruhan. Dengan kondisi ini, stabilitas rupiah akan bergantung pada kombinasi kebijakan moneter dan fiskal yang efektif serta respons terhadap tantangan struktural jangka panjang.