Pada akhir tahun 2024, para analis keuangan menunjukkan pandangan optimis terhadap saham bank milik negara (Himbara) di Indonesia. Meskipun sektor perbankan mengalami koreksi yang cukup dalam, bank-bank Himbara masih dipandang memiliki fundamental yang kuat dan kapitalisasi pasar yang besar. Selain itu, saham-saham ini rutin membagikan dividen yang signifikan setiap tahunnya. Analis Kiwoom Sekuritas, Miftahul Khaer, menilai bahwa kondisi pasar yang melemah justru menciptakan peluang bagi investor untuk melakukan pembelian saham dengan harga yang lebih murah. Sentimen positif lainnya termasuk stabilisasi ekonomi domestik, potensi pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia, dan peningkatan daya beli masyarakat. Namun, investor harus tetap waspada terhadap risiko likuiditas dan volatilitas pasar.
Dalam suasana ekonomi yang penuh tantangan, saham bank milik negara di Indonesia tetap menjadi pilihan investasi yang menarik. Di tengah koreksi pasar yang sedang berlangsung, beberapa analis menyatakan bahwa bank-bank Himbara seperti PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Mandiri (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (BBNI) memiliki prospek yang cerah. Pada masa lalu, saham BBRI pernah mencapai harga tertinggi Rp6.400 per saham, BMRI di level Rp7.425, dan BBNI di angka Rp6.025. Miftahul Khaer dari Kiwoom Sekuritas menjelaskan bahwa kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah dapat menjadi kesempatan bagi investor untuk membeli saham Himbara dengan nilai yang lebih rendah. Dia juga menyoroti sentimen positif seperti stabilitas ekonomi domestik, potensi pemangkasan suku bunga BI, dan peningkatan daya beli masyarakat yang dapat mendukung pertumbuhan kredit. Namun, investor harus memperhatikan risiko likuiditas dan fluktuasi pasar.
Andrey Wijaya dari RHB Sekuritas Indonesia menambahkan bahwa investor dapat mempertimbangkan pembelian saham Himbara ketika ada tanda-tanda perbaikan likuiditas, misalnya melalui penurunan suku bunga acuan The Fed dan Bank Indonesia atau penguatan kurs rupiah. Secara fundamental, meski sektor perbankan mengalami tekanan likuiditas, pertumbuhan pembiayaan masih solid. Namun, kenaikan deposito yang lebih lambat dari pertumbuhan pinjaman telah menyebabkan LDR (Loan to Deposit Ratio) meningkat. Untuk BBRI khususnya, Andrey menekankan bahwa meskipun bank ini diperkirakan masih memiliki biaya kredit tinggi untuk mengantisipasi NPL, ekspektasi adalah biaya tersebut akan turun secara bertahap. Sementara itu, Nafan Aji Gusta dari Mirae Asset Sekuritas mencatat bahwa saham BBRI menunjukkan divergensi positif, yang bisa menjadi sinyal kenaikan harga saham di masa depan.
Berdasarkan analisis ini, sejumlah analis merekomendasikan pembelian saham Himbara. Misalnya, RHB Sekuritas memberikan target harga Rp5.400 per saham untuk BBRI, sementara Mirae Asset Sekuritas menyarankan akumulasi beli dengan target harga antara Rp3.920 hingga Rp4.240 per saham. KB Valbury Sekuritas juga merekomendasikan beli dengan target harga Rp5.390 per saham.
Para analis sepakat bahwa meskipun ada risiko, saham Himbara tetap menawarkan peluang investasi yang menjanjikan. Investor yang mencari nilai di sektor perbankan dapat memanfaatkan situasi pasar saat ini untuk memperoleh keuntungan jangka panjang. Namun, penting bagi setiap investor untuk melakukan analisis sendiri sebelum membuat keputusan investasi.