Dalam beberapa hari terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan yang signifikan. Namun, industri asuransi menawarkan sedikit harapan melalui produk investasi dan proteksi. Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Budi Tampubolon, menjelaskan bahwa produk asuransi unitlink dapat memberikan dana tambahan yang mungkin mendukung pasar saham. Meskipun ada batasan dari regulator tentang penempatan investasi di saham untuk produk ini, potensi pertumbuhan tetap ada. Wianto Chen, Kepala Departemen Agency AAJI, juga menyoroti bahwa beberapa perusahaan asuransi non-tradisional telah mulai memanfaatkan peluang di pasar saham yang sedang turun. Investasi dalam Surat Berharga Negara (SBN) meningkat 11,9%, sementara investasi di saham mengalami penurunan 10,8%. Dengan situasi IHSG yang mencapai level terendah sejak Februari 2021, harapan besar tertuju pada industri asuransi untuk membantu pemulihan.
Di tengah penurunan drastis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama minggu terakhir, industri asuransi muncul sebagai titik cahaya. Di Jakarta, pada Jumat (28/2/2025), Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Budi Tampubolon, merinci bagaimana produk asuransi unitlink bisa menjadi katalis positif bagi pasar saham. Unitlink, yang menggabungkan elemen proteksi dan investasi, memiliki potensi untuk menyediakan dana tambahan ke pasar saham. Namun, kebijakan penempatan dana unitlink didahulukan ke Surat Berharga Negara (SBN). Kebijakan regulator yang membatasi penempatan investasi di saham untuk produk unitlink menjadi tantangan. "Jika pembatasan ini dikendurkan, kita berharap unitlink dapat meningkat dan pasar saham dapat rebound," kata Budi. Sementara itu, Wianto Chen, Kepala Departemen Agency AAJI, menambahkan bahwa beberapa perusahaan asuransi dengan produk non-tradisional sudah mulai masuk ke pasar saham untuk memanfaatkan momen koreksi.Investasi di SBN tumbuh 11,9% hingga mencapai Rp205,03 triliun, atau 37,9% dari total investasi. Sebaliknya, investasi di saham turun 10,8% dan hanya berkontribusi sebesar 24,7%. Reksadana juga mencatat penurunan 10,6% dan berkontribusi sebesar 12,9%. Dalam konteks ini, IHSG jatuh ke level terendah sejak Februari 2021, dengan penurunan bulanan mencapai 11,07%. Aliran dana asing keluar sepanjang tahun 2025 mencapai Rp18,98 triliun, semakin memperburuk situasi.
Sebagai seorang jurnalis, laporan ini menunjukkan pentingnya diversifikasi dalam investasi dan perlunya fleksibilitas kebijakan regulasi. Potensi industri asuransi dalam mendukung pasar saham sangat signifikan, terutama jika regulator dapat menyesuaikan aturan agar lebih mendukung pertumbuhan. Ini juga mengingatkan kita akan pentingnya mempertimbangkan berbagai faktor ekonomi ketika membuat keputusan investasi. Dengan langkah-langkah yang tepat, industri asuransi dapat berperan penting dalam membantu pemulihan ekonomi nasional.