Pada perdagangan saham di Jakarta, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam setelah sebelumnya mencatatkan kenaikan signifikan. Meskipun sempat melonjak hampir 4% pada hari sebelumnya, indeks ini kembali merosot dalam beberapa menit pertama sesi perdagangan. Transaksi yang terjadi mencerminkan dinamika pasar yang tidak stabil, dengan mayoritas sektor mengalami tekanan negatif. Namun, ada beberapa sektor yang tetap kuat, memberikan sedikit optimisme bagi pelaku pasar.
Pada pagi hari Selasa, 4 Maret 2025, IHSG tercatat turun 1,42% ke level 6.427,20. Dalam periode awal perdagangan, sebanyak 304 saham mengalami penurunan sementara 157 saham naik dan 164 saham stagnan. Total transaksi mencapai Rp 2,44 triliun, melibatkan 3,13 miliar saham dalam 219 ribu kali transaksi. Hampir semua sektor berwarna merah, dengan sektor barang baku, kesehatan, dan properti menjadi yang paling tertekan. Sebaliknya, sektor industri dan teknologi menunjukkan kekuatan.
Saham-saham blue chip juga mengalami koreksi, terutama emiten milik konglomerat. Saham Amman Mineral Internasional (AMMN) turun hampir 5%, menjadi pemberat utama IHSG dengan kontribusi pelemahan 10,41 indeks poin. Emiten lain seperti Chandra Asri Pacific (TPIA) dan Barito Renewables Energy (BREN) juga menekan kinerja IHSG masing-masing 7,42 dan 6,75 indeks poin. Emiten dari Grup Sinarmas, GOTO, BRMS, dan MDKA juga berkontribusi pada penurunan tersebut.
Sebelumnya, pada Senin, 3 Maret 2025, IHSG ditutup naik 3,97% ke level 6.519,66. Ini merupakan respons terhadap rapat darurat yang digelar oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membahas anjloknya IHSG pada akhir pekan lalu. Rapat tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dari berbagai sektor ekonomi, termasuk Utusan Khusus Presiden Raffi Ahmad dan pemimpin-pemimpin perusahaan besar.
Dari perspektif seorang jurnalis, fluktuasi IHSG ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar modal terhadap faktor-faktor eksternal dan internal. Perubahan drastis ini mengingatkan kita akan pentingnya stabilitas dan kepercayaan dalam pasar saham. Investor perlu lebih waspada dan bijaksana dalam mengambil keputusan, sementara regulator harus terus memantau dan mengambil langkah-langkah preventif untuk menjaga ketahanan pasar.