Kondisi global saat ini menawarkan tantangan besar bagi industri mebel dan kerajinan Indonesia. Dengan rencana penerapan tarif impor sebesar 25% oleh Amerika Serikat (AS), potensi pengurangan permintaan pasar utama menjadi kekhawatiran serius. Sebagai salah satu tujuan ekspor terbesar, AS memegang peran vital dalam menjaga stabilitas ekonomi sektor ini. Ancaman tersebut diperparah dengan regulasi ketat Uni Eropa yang juga berdampak pada daya saing produk berbasis kayu nasional.
Solusi strategis menjadi kunci penting untuk melindungi industri yang menyerap jutaan tenaga kerja ini. Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, menekankan perlunya dukungan pemerintah melalui diplomasi perdagangan yang kuat. Kolaborasi dengan organisasi internasional serta negosiasi agar produk Indonesia dapat masuk tanpa bea masuk diharapkan menjadi langkah konkret. Selain itu, HIMKI sedang mengembangkan strategi lintas sektor dengan berbagai pihak terkait untuk memperkuat posisi industri di panggung internasional.
Persatuan dan kolaborasi menjadi elemen penting dalam menghadapi tekanan global ini. Dengan lima strategi utama yang dirancang oleh HIMKI, termasuk membangun aliansi dengan importir AS dan menyusun dokumen pendukung untuk diplomasi dagang, harapan tetap terbuka bagi perkembangan industri mebel nasional. Melalui upaya bersama, Indonesia tidak hanya bertahan tetapi juga bisa memperluas peluang pasar baru di tengah persaingan global yang semakin ketat. Dukungan dari semua pihak akan membantu menjaga keberlanjutan sektor yang strategis ini.