Bank sentral Selandia Baru, Reserve Bank of New Zealand (RBNZ), memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 0,5% menjadi 4,75%, sebagai langkah strategis untuk merangsang ekonomi yang sedang melambat. Keputusan ini merupakan penurunan suku bunga keempat berturut-turut dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di angka 5,75%. Kebijakan ini bertujuan menjaga stabilitas inflasi sesuai target pemerintah.
RBNZ mengambil langkah agresif dengan menurunkan suku bunga acuan guna merangsang belanja konsumsi dan investasi. Langkah ini bertujuan untuk mengembalikan momentum ekonomi yang sedang lesu. Meskipun ada risiko volatilitas inflasi jangka pendek, RBNZ optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi akan pulih pada tahun 2025.
Dengan penurunan suku bunga ini, bank sentral Selandia Baru berharap dapat mendorong aktivitas ekonomi yang lebih tinggi. Penurunan suku bunga acuan empat kali berturut-turut telah dilakukan untuk merespons perlambatan ekonomi. Nilai tukar mata uang dolar Selandia Baru menguat sebagai respons terhadap kebijakan ini. Namun, RBNZ juga mengakui adanya ketidakpastian global yang dapat mempengaruhi keputusan investasi pelaku usaha. Meski demikian, bank sentral yakin bahwa suku bunga rendah akan mendorong belanja konsumen dan mendukung pemulihan ekonomi secara keseluruhan.
Bank Indonesia memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di angka 5,75% dengan tujuan menjaga stabilitas inflasi. Keputusan ini didasarkan pada upaya untuk memastikan bahwa perkiraan inflasi tetap terkendali sesuai target pemerintah. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa kebijakan ini konsisten dengan upaya menjaga inflasi dalam rentang 2,5 plus minus 1% pada tahun 2025 dan 2026.
Pertimbangan utama dalam keputusan ini adalah untuk memastikan bahwa inflasi tetap terkendali agar tidak terjadi fluktuasi ekonomi yang signifikan. Dengan mempertahankan suku bunga acuan, BI berusaha untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang stabil bagi investor dan konsumen. Meskipun ada tekanan ekonomi global, BI percaya bahwa kebijakan ini akan membantu menjaga keseimbangan ekonomi nasional dan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.