Sebagai salah satu ikon ritel Indonesia, Matahari Department Store telah melalui berbagai fase perkembangan. Meskipun sempat meraih kejayaan sejak awal berdirinya hingga akuisisi oleh Lippo Group, perusahaan ini kini menghadapi tantangan besar dalam menjaga relevansinya di pasar modern. Dalam laporan terbaru, perusahaan menutup 13 gerai yang tidak produktif sepanjang tahun 2024. Walaupun demikian, laba bersih meningkat sebesar 22,54% dibandingkan periode sebelumnya. Namun, penurunan pendapatan tetap menjadi isu utama karena tekanan pada penjualan barang dagangan.
Perjalanan panjang Matahari dimulai dari sebuah toko pakaian bernama Micky Mouse di Pasar Baru pada tahun 1960. Didirikan oleh Hari Darmawan, bisnis ini berkembang pesat hingga mencapai status raja ritel nasional. Namun, setelah diakuisisi oleh Lippo Group pada tahun 1996, cerita keberhasilannya mulai bergeser. Artikel ini akan membahas dinamika transformasi Matahari dan strategi adaptasinya di tengah persaingan sengit.
Bisnis ritel modern membutuhkan inovasi dan fleksibilitas untuk bertahan hidup. Matahari Department Store mencoba melakukan beberapa langkah strategis untuk menghadapi penurunan penjualan. Salah satu caranya adalah dengan menutup gerai yang kurang efisien serta menekan biaya operasional secara signifikan. Hal ini tercermin dari pengurangan beban usaha dan penyesuaian struktur organisasi internal.
Seiring dengan tren belanja online yang semakin populer, Matahari juga harus beradaptasi dengan model bisnis digital. Langkah-langkah seperti optimasi platform e-commerce dan kolaborasi dengan marketplace lokal menjadi penting untuk mempertahankan pangsa pasar. Namun, tantangan terbesarnya tetap ada pada bagaimana menyeimbangkan antara eksistensi fisik di dunia nyata dan kehadiran digital yang kuat. Penyesuaian ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang memahami preferensi konsumen yang terus berubah.
Di masa lalu, Matahari berhasil tumbuh dengan cepat berkat strategi imitasi model bisnis internasional seperti Sogo Department Store di Jepang. Pendekatan ini memungkinkan mereka untuk menawarkan produk-produk berkualitas tinggi dengan harga kompetitif. Namun, saat ini, persaingan tidak lagi hanya berasal dari pemain lokal, tetapi juga dari perusahaan global seperti WalMart yang pernah mencoba masuk ke pasar Indonesia. Untuk tetap relevan, Matahari harus lebih inovatif dalam menciptakan pengalaman belanja yang unik bagi pelanggan.
Tak dapat dipungkiri bahwa sejarah Matahari Department Store erat kaitannya dengan sosok pendirinya, Hari Darmawan. Awalnya, bisnis ini bermula sebagai toko pakaian kecil bernama Micky Mouse di Pasar Baru. Melalui dedikasi dan kerja keras, Hari berhasil mengembangkan bisnisnya menjadi jaringan ritel besar yang dikenal luas di seluruh Indonesia. Namun, ambisinya untuk memperluas jaringan hingga 1.000 gerai akhirnya membawa perusahaan ke tangan Lippo Group.
Akuisisi tersebut memunculkan spekulasi tentang alasan di balik keputusan Hari menjual perusahaan kepada James Riady. Beberapa menyebutkan faktor ekonomi, sementara lainnya berpendapat bahwa Hari mungkin ingin fokus pada proyek-proyek baru. Apapun alasannya, akuisisi ini menjadi titik balik penting dalam sejarah Matahari. Setelah resmi menjadi bagian dari Lippo Group, nama Hari Darmawan perlahan mulai hilang dari narasi publik.
Kehadiran Lippo Group membawa perubahan signifikan dalam cara Matahari dioperasikan. Model bisnis yang tadinya sangat personal dan dipimpin langsung oleh pendirinya mulai bergeser menuju pendekatan korporasi yang lebih profesional. Meskipun demikian, warisan Hari Darmawan tetap menjadi fondasi penting bagi kesuksesan Matahari di masa lalu. Dengan visi yang jelas dan keberanian untuk mengambil risiko, ia berhasil membangun sebuah kerajaan ritel yang hingga kini masih dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.