Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menunjukkan rasa hormat kepada komunitas Muslim di AS dengan mengucapkan terima kasih atas dukungan mereka selama pemilihan umum 2024. Acara buka puasa yang diselenggarakan di Gedung Putih menjadi momen penting dalam hubungan pemerintahan Trump dengan masyarakat Muslim. Selain itu, ia juga menyoroti langkah-langkah diplomasi AS dalam menciptakan perdamaian di Timur Tengah melalui Perjanjian Abraham. Namun, kebijakan militer terhadap konflik Israel-Palestina tetap memunculkan kontroversi.
Donald Trump memperlihatkan apresiasi besar kepada komunitas Muslim Amerika karena dukungan luar biasa yang mereka berikan dalam pemilu 2024. Dalam acara buka puasa yang diadakan di Gedung Putih, dia menegaskan bahwa pemerintahannya akan terus mendukung kepentingan komunitas ini. Pernyataan tersebut mencerminkan upaya Trump untuk menjembatani perbedaan yang sering kali menjadi isu sensitif dalam sejarah politik AS.
Dukungan dari kalangan Arab-Amerika kepada Trump menandai perubahan signifikan dibandingkan dengan pola pendukung tradisional Partai Demokrat. Meskipun mantan Presiden Joe Biden mendukung tindakan Israel di Gaza, banyak warga Muslim di AS merasa lebih dekat dengan visi perdamaian yang diusung oleh Trump. Hal ini tercermin dari janji-janjinya selama kampanye untuk menciptakan stabilitas tanpa perang, meskipun realisasinya masih menuai pro dan kontra.
Trump memfokuskan perhatian pada diplomasi perdamaian di Timur Tengah dengan melibatkan negara-negara mayoritas Muslim seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan dalam Perjanjian Abraham. Namun, strategi militer yang agresif terhadap wilayah Gaza telah memicu kritik dari berbagai pihak. Langkah penjualan senjata besar-besaran ke Israel serta rencana pengusiran paksa warga Palestina menambah ketegangan di wilayah tersebut.
Walaupun Trump menekankan upaya damai melalui normalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab, praktik lapangan tampaknya bertentangan dengan harapan perdamaian. Pasukan Israel, didukung sepenuhnya oleh AS, telah menyebabkan korban jiwa signifikan di Gaza, termasuk banyak anak-anak. Kebijakan ini diperparah oleh persetujuan penjualan senjata senilai USD12 miliar ke Israel, yang menunjukkan prioritas militer dalam pendekatan Trump terhadap konflik Timur Tengah. Morgan Ortagus, Wakil Utusan Khusus AS, bahkan menyatakan bahwa Washington telah memberikan semua alat yang dibutuhkan Israel untuk melanjutkan operasi militer mereka di Gaza.