Pada hari Rabu (9/4/2025), harga minyak acuan dunia sempat mencapai titik terendah dalam empat tahun terakhir sebelum mengalami pemulihan. Situasi ini memunculkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap perusahaan emiten yang bergerak di sektor minyak di Indonesia. Untuk mendapatkan analisis lebih lanjut, Equity Analyst dari CNBC Indonesia Research, Susi Setiawati, memberikan pandangannya melalui program Closing Bell pada Kamis (10/4/2025).
Fluktuasi harga minyak dunia menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi performa perusahaan-perusahaan minyak global dan lokal. Pada awal minggu tersebut, penurunan harga minyak mencapai level terendahnya karena meningkatnya ketidakpastian pasar serta surplus pasokan minyak. Namun, kondisi tersebut tidak bertahan lama karena adanya sinyal positif dari produsen minyak besar seperti Arab Saudi dan Rusia yang menunjukkan kemungkinan pengurangan produksi.
Dalam konteks domestik, perusahaan emiten minyak di Indonesia juga merasakan dampak signifikan akibat gejolak harga minyak internasional. Banyak perusahaan harus menyesuaikan strategi bisnis mereka untuk mengantisipasi risiko keuangan yang muncul dari fluktuasi harga. Susi Setiawati menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki struktur biaya operasional efisien cenderung lebih tangguh menghadapi situasi sulit ini.
Berita baiknya adalah, meskipun ada tantangan, beberapa emiten minyak di Tanah Air telah mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Ini didorong oleh upaya diversifikasi produk dan pemanfaatan teknologi canggih dalam proses eksplorasi serta eksploitasi minyak. Selain itu, permintaan minyak nasional yang tetap stabil turut membantu menjaga kinerja perusahaan-perusahaan tersebut.
Analisis dari Susi Setiawati menyoroti pentingnya adaptasi dan inovasi bagi perusahaan emiten minyak agar dapat bertahan dalam lingkungan bisnis yang dinamis. Meskipun harga minyak dunia masih cenderung fluktuatif, langkah-langkah strategis yang dilakukan perusahaan dapat membuka peluang baru di masa depan. Dengan demikian, para pemangku kepentingan diharapkan tetap optimistis terhadap potensi sektor minyak Indonesia.