Ketidakpastian di pasar keuangan global semakin meningkat akibat eskalasi ketegangan dagang yang dipicu oleh kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Pengumuman kenaikan tarif impor AS telah mempengaruhi fluktuasi IHSG dan nilai tukar Rupiah secara signifikan. Meskipun dampak langsungnya pada ekspor Indonesia relatif kecil, potensi risiko lanjutan dari perluasan konflik dagang dapat membahayakan perekonomian nasional. Proyeksi resesi global pada tahun 2025 mencapai 40-60%, serta kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed, menunjukkan tekanan besar bagi pertumbuhan ekonomi dan investasi.
Dengan adanya tarif impor baru yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, pasar modal Indonesia menghadapi volatilitas yang cukup tinggi. Meskipun kontribusi ekspor Indonesia ke AS hanya sekitar 2% dari total Produk Domestik Bruto (PDB), ada kekhawatiran akan efek jangka panjang yang lebih luas. Ketegangan perdagangan ini berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan menambah tekanan pada negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Situasi ini mengharuskan para pelaku pasar untuk memperhatikan pengaruh jangka panjang dari konflik dagang. Meskipun dampak langsungnya terhadap ekonomi domestik masih terbatas, perluasan perang dagang dapat menciptakan risiko sistemik yang lebih besar. Jika ketegangan dagang berlanjut tanpa solusi konkret, maka ancaman resesi global menjadi semakin nyata. Hal ini dapat berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk investasi asing yang mungkin menurun sebagai respons terhadap ketidakpastian pasar global.
Proyeksi resesi global pada tahun 2025 yang mencapai probabilitas 40-60% menjadi isyarat penting bagi semua pihak untuk waspada. Bank sentral AS, The Fed, juga diprediksi akan melakukan pemangkasan suku bunga guna meredam tekanan ekonomi yang timbul akibat perang dagang. Hal ini mencerminkan upaya mitigasi risiko dengan instrumen moneter.
Resesi global dapat menyebabkan pelemahan permintaan internasional, yang pada gilirannya akan berdampak buruk pada ekspor Indonesia. Selain itu, penurunan suku bunga oleh The Fed dapat memengaruhi aliran modal global, termasuk di Indonesia. Para pengamat memperkirakan bahwa langkah-langkah kebijakan moneter yang tepat waktu akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global. Dengan demikian, strategi adaptif dan antisipatif menjadi sangat penting untuk melindungi ekonomi Indonesia dari potensi goncangan global yang lebih luas.