Rupiah mengalami penguatan signifikan terhadap dolar AS sebagai dampak dari meredanya ketegangan perdagangan global. Pada awal Mei 2025, kurs rupiah mencatatkan peningkatan hingga 1,02%, mencapai level Rp16.425 per dolar AS. Hal ini menjadi yang terkuat sejak pertengahan Maret 2025. Kenaikan ini didorong oleh kemungkinan dialog dagang antara China dan AS serta indikasi kerja sama perdagangan dengan beberapa negara lain seperti India, Jepang, dan Korea Selatan. Di sisi lain, perlambatan ekonomi AS memberikan tekanan pada dolar, sehingga memperkuat posisi mata uang emerging markets termasuk rupiah.
Ketegangan perdagangan global yang berangsur mencair telah membuka peluang bagi penguatan rupiah. Negosiasi dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, yakni China dan AS, mulai menunjukkan tanda-tanda positif. Ini berdampak pada penurunan risiko resesi global, sehingga investor lebih percaya diri untuk berinvestasi di pasar berkembang seperti Indonesia.
Beberapa faktor utama mendorong optimisme ini. Pertama, Beijing menunjukkan minat untuk mengevaluasi kembali potensi dialog dagang dengan Washington setelah adanya pendekatan dari pihak Amerika Serikat. Kedua, Presiden Donald Trump menyatakan harapan akan kesepakatan dagang dengan negara-negara Asia lainnya seperti India, Jepang, dan Korea Selatan. Hal ini menciptakan atmosfer yang kondusif bagi pemulihan stabilitas ekonomi global. Dengan semakin redamnya ketegangan, arus modal asing pun kembali mengalir masuk ke Indonesia, mendukung apresiasi nilai rupiah secara bertahap.
Sementara itu, data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat juga turut memengaruhi performa dolar AS. Perlambatan aktivitas ekonomi ditandai oleh penurunan GDP, data penggajian swasta, serta klaim pengangguran mingguan. Faktor-faktor ini membuat spekulasi tentang pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve semakin kuat. Akibatnya, reli dolar AS terbatas, memberikan ruang bagi penguatan mata uang lain, termasuk rupiah.
Data ekonomi AS yang kurang menggembirakan ini berperan besar dalam melemahkan dominasi dolar di pasar internasional. Sebagai contoh, perlambatan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) menunjukkan bahwa mesin ekonomi AS tidak berjalan sesuai ekspektasi. Selain itu, lonjakan klaim pengangguran mingguan juga menjadi indikator buruk bagi prospek tenaga kerja Negeri Paman Sam. Kondisi ini memicu ekspektasi bank sentral AS untuk menurunkan suku bunga guna merangsang pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, rupiah mendapatkan dukungan tambahan melalui pelemahan dolar AS yang terjadi secara bersamaan.