Di tengah antisipasi pengumuman data inflasi oleh lembaga statistik nasional, mata uang rupiah menunjukkan pergerakan stabil terhadap dolar AS. Meskipun awal perdagangan menunjukkan pelemahan ringan, rupiah berhasil membalikkan tren dan menguat beberapa menit kemudian. Indeks dolar AS juga turut melemah pada sesi pagi ini. Para analis menyebut bahwa fluktuasi harga komoditas serta kebijakan tarif listrik menjadi faktor utama yang mempengaruhi proyeksi inflasi bulan April.
Pada hari Jumat tanggal 2 Mei 2025, pasar keuangan Tanah Air memperhatikan setiap gerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dolar AS. Dalam laporan dari sebuah platform keuangan ternama, kurs rupiah membuka perdagangan pada angka Rp16.600 per dolar AS, namun seiring waktu, mata uang lokal tersebut berhasil menguat hingga mencapai Rp16.575 per dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS (DXY) juga melambat hingga mencapai level 100,22.
Situasi ini berlangsung menjelang pengumuman resmi Badan Pusat Statistik (BPS) tentang Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan April. Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap sejumlah institusi keuangan, diperkirakan IHK secara bulanan akan naik sebesar 1,04%, sedangkan secara tahunan diproyeksikan berada di kisaran 1,74%. Kenaikan ini didorong oleh penyesuaian harga emas, tarif listrik, serta produk tembakau, meskipun harga beberapa bahan pangan seperti minyak goreng, daging ayam, dan beras cenderung menurun.
Dua ekonom senior, yakni Juniman dari Bank Maybank Indonesia dan Andry Asmoro dari Bank Mandiri, sepakat bahwa pemulihan tarif listrik pasca-insentif pemerintah memberikan dampak positif terhadap laju inflasi. Namun, mereka juga menyoroti perlunya pengawasan ketat atas stabilitas harga barang-barang pokok untuk menjaga kondisi ekonomi tetap kondusif.
Dari perspektif seorang jurnalis atau pembaca, informasi ini menggarisbawahi pentingnya transparansi dalam pengambilan keputusan ekonomi. Setiap langkah kebijakan, baik itu penyesuaian tarif maupun insentif fiskal, memiliki implikasi langsung terhadap dinamika pasar valuta asing dan tingkat inflasi. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, lembaga statistik, dan pelaku pasar sangat dibutuhkan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.