Pasar
Peningkatan IHSG Ditengah Perang Dagang AS-China
2025-04-24

Pada perdagangan Kamis di Jakarta, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan signifikan. Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi pasar keuangan, antara lain sikap Presiden AS Donald Trump terhadap tarif bea impor China dan kebijakan Bank Indonesia dalam menahan suku bunga acuan, kondisi ini mendorong optimisme investor. Meskipun ada tantangan dari perang dagang, sentimen positif masih mendominasi pasar Asia.

Kenaikan IHSG dan Langkah-langkah Kebijakan

Di pagi hari yang cerah di ibu kota Jakarta pada tanggal 24 April 2025, IHSG membukukan kenaikan sebesar 44,38 poin atau 0,67%, mencapai level 6.678,76. Dalam transaksi tersebut, tercatat sebanyak 244 saham mengalami peningkatan, sementara hanya 58 saham yang turun. Nilai transaksi mencapai Rp 404,28 miliar dengan melibatkan 334 juta saham dalam lebih dari 29 ribu kali transaksi.

Semua sektor perdagangan bergerak di zona hijau, dengan sektor barang baku mencatatkan kenaikan terbesar. Hal ini dipengaruhi oleh langkah-langkah yang dilakukan oleh Presiden AS Donald Trump yang memberi indikasi bahwa tarif final untuk ekspor China ke AS tidak akan mencapai tingkat maksimal seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 April 2025 juga menjadi sorotan dengan keputusan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 5,75%. Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa meskipun suku bunga tetap dipertahankan, BI akan terus mencermati ruang penurunan dengan memperhatikan stabilitas nilai tukar rupiah serta prospek inflasi.

Dari sisi internasional, Pemerintah China menunjukkan kesiapan untuk kembali duduk di meja perundingan dengan Amerika Serikat. Sementara itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent optimistis bahwa kedua negara dapat mencapai "kesepakatan besar" dalam perdagangan. Hari ini, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan menggelar konferensi pers tiga bulanan yang dihadiri oleh pejabat penting, termasuk Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur BI Perry Warjiyo.

Sebagai tambahan, pernyataan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menegaskan bahwa meskipun Tiongkok tidak ingin berkonflik, mereka siap untuk bertindak jika diperlukan.

Dari sudut pandang wartawan, laporan ini menunjukkan betapa kompleksnya situasi ekonomi global saat ini. Meskipun ada tekanan dari perang dagang, upaya dialog dan kolaborasi antarnegara tetap menjadi solusi utama untuk menjaga stabilitas pasar. Bagi pembaca, hal ini bisa menjadi pengingat bahwa dalam situasi ketidakpastian, komunikasi yang efektif dan fleksibilitas strategi menjadi kunci kesuksesan. Pasar finansial selalu membutuhkan adaptasi terhadap perubahan dinamis baik lokal maupun global.

more stories
See more