Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan signifikan pada perdagangan terakhir, ditutup di level 6.531,40 dengan peningkatan sebesar 2,37%. Transaksi hari itu melibatkan lebih dari 20 miliar saham dan mencapai nilai Rp 12,83 triliun. Mayoritas sektor berada di zona hijau, dengan teknologi memimpin penguatan, disusul oleh bahan baku dan sektor finansial. Peningkatan ini didorong oleh saham perbankan dan konlomerat, serta dana asing yang mulai menunjukkan tanda-tanda masuk ke pasar.
Meskipun sentimen negatif masih menghantui pasar akibat ketegangan perdagangan antara AS dan beberapa negara, termasuk China yang akan memberlakukan tarif baru pada produk AS, IHSG berhasil meninggalkan zona merah. Ini merupakan pertama kalinya dalam beberapa pekan terakhir dana asing mencatatkan pembelian bersih, menunjukkan adanya pemulihan awal dalam pasar modal Indonesia.
Berbagai sektor dan emiten menjadi faktor utama dalam peningkatan IHSG pada hari tersebut. Sebagian besar sektor bergerak positif, dengan sektor teknologi mencatatkan kenaikan tertinggi. Emiten-emiten perbankan seperti BBRI dan BMRI juga memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan indeks. Selain itu, saham DCII dan AMMN dari grup Salim turut mengerek naik indeks secara substansial.
Sektor teknologi mencatatkan kenaikan sebesar 3,7%, menjadi penyumbang terbesar dalam peningkatan IHSG. Emiten perbankan juga tidak kalah pentingnya, dengan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang naik 4,63% dan menyumbang 26,12 indeks poin. Emiten lain seperti Bank Central Asia (BBCA), Bank Negara Indonesia (BBNI), dan Bank Mandiri (BMRI) juga berkontribusi positif. Selain itu, saham DCI Indonesia (DCII) dan Amman Mineral Internasional (AMMN) juga berperan dalam penguatan indeks, dengan kenaikan masing-masing 9,99% dan 8,33%.
Penurunan tekanan keluar dana asing dan sentimen positif dari investor asing menjadi faktor kunci dalam pemulihan IHSG. Meski ada ketidakpastian global, dana asing mulai menunjukkan tanda-tanda masuk ke pasar modal Indonesia, mencatatkan net buy untuk pertama kalinya setelah periode panjang penjualan bersih. Hal ini mencerminkan pemulihan awal kepercayaan investor terhadap pasar domestik.
Sentimen negatif dari kebijakan tarif impor AS kepada Kanada dan Meksiko, serta respons balasan dari China dengan tarif baru terhadap produk AS, masih menghantui pasar. Namun, data transaksi menunjukkan bahwa asing telah mencatatkan net buy sebesar Rp 593,64 miliar pada hari sebelumnya. Fokus utama pembelian adalah saham-saham perbankan besar di Indonesia. Meski tantangan eksternal masih ada, pemulihan ini menunjukkan potensi positif bagi pasar modal Indonesia di masa mendatang.