Pada perdagangan Selasa (4/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami penurunan signifikan hingga 2,14%, mencapai level 6.380,4. Transaksi hari ini mencapai Rp13,25 triliun dengan 20,26 miliar saham yang diperdagangkan dalam 1,17 juta transaksi. Semua sektor berada di zona merah, dengan sektor bahan baku mengalami penurunan terbesar sebesar 7,05%. Emiten milik konglomerat menjadi penyebab utama penurunan ini, termasuk Amman Mineral Internasional (AMMN) yang turun 11,76% dan Barito Renewables Energy (BREN) yang turun 5,08%. Penyebab utama penurunan ini adalah sentimen negatif dari perang dagang global dan ketidakpastian regulasi domestik.
Sentimen negatif dari luar negeri mempengaruhi performa pasar modal Indonesia. Perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta kebijakan tarif baru dari pemerintah AS telah menambah tekanan pada investor. Tarif tambahan 25% dikenakan kepada Kanada dan Meksiko, sementara tarif impor China naik dari 10% menjadi 20%. Situasi ini membuat Bank Sentral AS (The Fed) semakin hati-hati dalam menentukan kebijakan moneter. Risiko stagflasi di AS juga menjadi perhatian pasar, dengan inflasi yang meningkat, pertumbuhan ekonomi melambat, dan potensi kenaikan pengangguran.
Kondisi eksternal tersebut berdampak langsung pada pasar modal Indonesia. Investor asing terus melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp18,05 triliun dalam sebulan terakhir. Ini menunjukkan adanya arus keluar dana asing yang cukup besar. Situasi ini bertolak belakang dengan perdagangan sehari sebelumnya, di mana IHSG mengalami lonjakan 3,97% ke level 6.519,66. Dalam upaya mengatasi situasi ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumpulkan pelaku pasar dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membahas strategi menghadapi volatilitas pasar.
Di dalam negeri, ketidakpastian regulasi di beberapa sektor menambah beban pasar modal. Pelaku pasar masih menunggu keputusan mengenai penurunan royalti batu bara dan iuran MIP. Ketidakpastian ini menciptakan lingkungan yang tidak kondusif bagi investasi. Selain itu, efek dari lembaga investasi baru seperti Danantara dan bank emas baru juga dipantau secara cermat oleh pelaku pasar. Lembaga-lembaga ini diharapkan dapat memberikan dampak positif pada pergerakan pasar modal Indonesia.
Secara spesifik, sejumlah emiten milik konglomerat menjadi pemberat utama penurunan IHSG. Emiten seperti Amman Mineral Internasional (AMMN), Barito Renewables Energy (BREN), dan Chandra Asri Pasific (TPIA) mengalami penurunan tajam. AMMN anjlok 11,76%, BREN turun 5,08%, dan TPIA turun 8,05%. Emiten-grup Sinar Mas, seperti Dian Swastatika Sentosa (DSSA), juga ikut menambah beban dengan penurunan 5,25%. Penurunan ini menunjukkan bahwa ketidakpastian eksternal dan internal memiliki dampak yang signifikan pada performa pasar modal Indonesia.