Nilai tukar rupiah mengalami peningkatan terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir. Menurut data yang dilansir dari Refinitiv, nilai rupiah ditutup di angka Rp16.440 per dolar AS pada hari Selasa, menunjukkan kenaikan sebesar 0,21%. Kenaikan ini berlanjut dari sesi perdagangan sebelumnya yang juga mencatat penguatan.
Pergerakan mata uang AS sendiri mengalami penurunan, dengan indeks dolar AS (DXY) turun ke level 106,46 pada pukul 14:59 WIB, melemah dibandingkan posisi sebelumnya di 106,75. Para analis menyebutkan bahwa pelemahan dolar AS disebabkan oleh data PMI Manufaktur AS yang melambat. Data tersebut menunjukkan penurunan ke level 50,3 pada bulan Februari, dari sebelumnya 50,9 pada bulan Januari.
Penguatan rupiah ini dipandang sebagai peluang bagi ekonomi Indonesia. Meski demikian, para pakar menekankan bahwa sentimen pasar keuangan global, terutama dari AS, masih mempengaruhi pergerakan kurs rupiah. Ekonomi domestik juga mendapatkan dukungan dari inflasi yang rendah, yang membantu mendorong penguatan rupiah dalam jangka pendek. Para pemantau pasar memperkirakan bahwa rupiah akan tetap bergerak stabil di kisaran Rp16.300 hingga Rp16.600 per dolar AS. Situasi ini menunjukkan potensi positif bagi stabilitas ekonomi nasional dan memberikan harapan untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat.