Pengembangan sektor asuransi syariah di Tanah Air menunjukkan langkah maju yang signifikan. Menurut informasi terbaru, otoritas keuangan nasional mendorong perusahaan asuransi untuk memisahkan unit usaha syariah mereka menjadi entitas tersendiri. Hingga kini, lebih dari 40 perusahaan asuransi dan reasuransi telah menyampaikan rencana pemisahan ini, dengan hampir 30 unit usaha syariah yang berencana melakukan spin off.

Dalam beberapa tahun mendatang, proses pemisahan ini akan mencapai puncaknya. Di tahun 2025 saja, sekitar 18 unit usaha syariah akan dipisahkan, sementara delapan lainnya akan mengalihkan portofolionya. Perkembangan ini didukung oleh pertumbuhan aset yang cukup pesat di sektor asuransi jiwa syariah, umum syariah, dan reasuransi syariah. Total aset asuransi jiwa syariah mencapai Rp33,99 triliun, sedangkan asuransi umum syariah dan reasuransi syariah berturut-turut mencapai Rp9,46 triliun dan Rp2,96 triliun.

Sektor asuransi secara keseluruhan juga menunjukkan peningkatan aset yang positif. Aset industri asuransi meningkat menjadi Rp1.146,47 triliun, atau naik 2,14% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun premi asuransi komersial mengalami kontraksi, asuransi jiwa tetap tumbuh dengan kuat, mencatat pertumbuhan premi sebesar 10,39%. Ini menunjukkan bahwa permintaan atas produk asuransi jiwa masih tinggi, meski ada tantangan di sektor lain.

Kuatnya modal dasar industri asuransi turut mendukung perkembangan ini. Rasio modal berbasis risiko (RBC) untuk asuransi jiwa mencapai 448,18%, sementara RBC untuk asuransi umum dan reasuransi mencapai 317,77%. Angka-angka ini menunjukkan bahwa industri asuransi memiliki fondasi yang kokoh untuk melanjutkan ekspansi dan inovasi dalam layanan finansial syariah.

Bergerak maju, pemisahan unit usaha syariah akan membuka peluang baru bagi industri asuransi di Indonesia. Dengan fondasi yang kuat dan dukungan regulasi, sektor ini diperkirakan akan semakin berkembang, memberikan manfaat lebih luas kepada masyarakat dan kontribusi positif bagi ekonomi nasional.