Pasar
Pertumbuhan Ekonomi Melambat, Industri Multifinance Terdampak
2025-05-05

Dalam beberapa bulan terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan signifikan. Menurut Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno Siahaan, angka pertumbuhan hanya mencapai 4,87% secara tahunan. Sektor pembiayaan juga merasakan dampak ini, dengan pertumbuhan bisnis multifinance pada kuartal pertama tahun 2025 yang tidak sesuai target, hanya tumbuh antara 5-6%. Meskipun ada momen Ramadan dan Lebaran, pelemahan daya beli masyarakat sejak tahun lalu tetap berlanjut, menyebabkan penurunan penjualan otomotif dan menyeret performa industri pembiayaan.

Industri Multifinance Menghadapi Tantangan Berat di Masa Pandemi Ekonomi

Di tengah musim transisi ekonomi yang penuh ketidakpastian, perhatian tertuju pada industri multifinance yang mulai melambat. Pada awal tahun 2025, sektor ini menghadapi tantangan besar akibat pelemahan daya beli masyarakat. Kondisi ini diperparah oleh penurunan penjualan kendaraan bermotor, salah satu pilar utama bisnis pembiayaan.

Suwandi Wiratno Siahaan dari APPI menjelaskan bahwa situasi ini telah berlangsung sejak tahun 2024, dengan efek lanjutan yang masih dirasakan hingga saat ini. Selain itu, ancaman lonjakan produk impor dari China sebagai dampak dari perang dagang AS-China semakin memperburuk kondisi pasar domestik. Produk-produk impor tersebut menekan daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal, yang pada akhirnya dapat melemahkan daya beli masyarakat luas.

Pada Senin, 05 Mei 2025, dialog antara Anneke Wijaya dan Suwandi Wiratno Siahaan dalam acara Power Lunch di CNBC Indonesia membahas lebih jauh tentang implikasi dari perlambatan ekonomi ini terhadap industri multifinance. Diskusi tersebut memberikan wawasan mendalam tentang strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi tantangan ini.

Dari sisi lokasi, Jakarta menjadi pusat diskusi dan analisis terkait isu ini. Para ahli setempat sepakat bahwa langkah-langkah nyata diperlukan untuk meningkatkan daya saing UMKM serta mendorong konsumsi masyarakat agar sektor pembiayaan dapat pulih.

Sebagai tambahan, kebijakan pemerintah yang responsif terhadap dinamika perdagangan global juga sangat dibutuhkan untuk melindungi pasar domestik dari tekanan eksternal.

Berita ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat dalam menghadapi tantangan ekonomi. Perlambatan ekonomi bukanlah masalah yang bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Dengan adanya komunikasi yang baik seperti yang ditampilkan dalam acara Power Lunch, harapan untuk membangun solusi yang inklusif semakin besar. Ke depannya, perlu adanya inisiatif konkret untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional sehingga lebih tangguh menghadapi gejolak global.

more stories
See more