Pasar
Rencana IPO Bank DKI Ditargetkan Selesai dalam 6 Bulan
2025-04-10

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, telah menyebutkan rencana pelaksanaan initial public offering (IPO) oleh PT Bank DKI. Menurutnya, persiapan IPO harus diselesaikan dalam waktu maksimal enam bulan. Meskipun begitu, kinerja keuangan terbaru Bank DKI menunjukkan penurunan laba bersih sebesar 23,62% secara tahunan, meski pendapatan bunga mengalami kenaikan. Selain itu, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) juga meningkat, yang dapat menjadi tantangan bagi proses IPO. Para analis memperingatkan bahwa kondisi pasar saat ini masih penuh ketidakpastian, termasuk dampak dari kebijakan tarif AS dan suku bunga tinggi, sehingga mungkin berpengaruh pada minat investor.

Di tengah pernyataan Gubernur Pramono Anung tentang IPO Bank DKI, lembaga tersebut mencatat performa finansial yang kurang optimal selama periode akhir 2024. Berdasarkan laporan keuangan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik turun signifikan hingga Rp779,09 miliar. Hal ini disebabkan oleh peningkatan beban bunga yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan bunga. Pendapatan bunga bersih hanya naik tipis sekitar 0,50%, sementara margin bunga bersih (NIM) turun menjadi 4,02%. Penyaluran kredit juga tumbuh sangat lambat, hanya 2,26%, dan diperparah oleh kenaikan NPL yang semakin memperlebar kerugian operasional.

Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank DKI hanya bertambah sebesar 0,71% yoy menjadi Rp64,08 triliun. Ini membuat rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) meningkat menjadi 83%. Kondisi seperti ini memengaruhi likuiditas dan stabilitas keuangan bank, yang tentunya menjadi faktor penting untuk dipertimbangkan sebelum melangkah ke pasar modal. Selain itu, rencana IPO sebelumnya sempat tertunda karena fokus pada pembentukan kelompok usaha bank (KUB) dengan Bank NTT, namun gagal karena tidak adanya kesepakatan saham mayoritas.

Ketika ditinjau dari sudut pandang pasar modal, para analis meragukan potensi serapan dana IPO Bank DKI dalam waktu dekat. Oktavianus Audi dari Kiwoom Sekuritas menyampaikan bahwa investor saat ini cenderung waspada terhadap sektor perbankan karena volatilitas ekonomi makro global. Selain itu, persaingan dengan bank besar lainnya seperti BMRI, BBRI, BBNI, dan BBCA juga menjadi kendala. Handiman Soetoyo dari Mirae Asset menambahkan bahwa valuasi Bank DKI akan sulit bersaing dengan BPD lain yang sudah go public, seperti Bank Jawa Timur (BJTM) dan Bank Jabar Banten (BJBR), yang memiliki PBV jauh di bawah satu kali.

Meskipun target IPO telah diumumkan, tanggapan dari manajemen Bank DKI terhadap rencana ini masih belum jelas. Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta dan Direktur Utama Bank DKI belum memberikan komentar resmi mengenai langkah konkret yang akan diambil. Dalam konteks ini, pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kondisi pasar dan stabilitas keuangan bank agar tujuan IPO dapat tercapai secara efektif.

Bergerak maju ke arah IPO membutuhkan strategi yang matang, terutama mengingat tantangan internal dan eksternal yang dihadapi Bank DKI. Faktor-faktor seperti kinerja keuangan, ketidakpastian pasar global, serta persaingan dengan entitas perbankan lainnya harus dievaluasi secara mendalam. Keberhasilan IPO akan bergantung pada kemampuan bank untuk meyakinkan investor tentang prospek pertumbuhan dan stabilitasnya di masa depan.

more stories
See more