Mata uang Indonesia, rupiah, mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (27/02/2025). Pelemahan ini terjadi seiring dengan penantian data inflasi PCE AS yang akan dirilis malam itu. Berdasarkan laporan dari Refinitiv, nilai tukar rupiah menutup di angka Rp16.445 per dolar AS, turun 0,49% dibandingkan hari sebelumnya. Ini merupakan posisi terendah sejak 21 Juni 2024. Indeks dolar AS (DXY) juga menguat hingga mencapai 106,57 pada pukul 14:55 WIB, meningkat dari posisi sebelumnya di 106,42.
Pasar keuangan sedang menunggu pengumuman penting dari AS tentang tingkat inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) baik bulanan maupun tahunan. Data terakhir untuk Desember 2024 menunjukkan bahwa indeks harga PCE AS naik 0,3% bulanan, kenaikan tertinggi dalam delapan bulan. Secara tahunan, tingkat inflasi naik tipis menjadi 2,6%, yang merupakan level tertinggi dalam tujuh bulan. Untuk periode Januari 2025, pasar memperkirakan inflasi PCE tahunan akan berada di level 2,5%. Meski demikian, angka ini masih di bawah target The Fed yang ingin inflasi berada di angka 2%. Akibatnya, The Fed tampaknya belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat, yang dapat menyebabkan DXY tetap tinggi.
Kondisi ini tentu memberi tekanan pada mata uang rupiah. Namun, ekonom senior dan Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Raden Pardede menegaskan bahwa pergerakan rupiah lebih stabil dibanding negara lain. Menurutnya, stabilitas ekonomi Indonesia telah terjaga beberapa tahun terakhir meskipun rupiah melemah. “Sebenarnya kalau kita jujur melihatnya, rupiah tidak terlampau masalah walaupun mengalami pelemahan,” kata Raden dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2025 di Hotel Westin, Jakarta, Rabu (26/02/2025).
Pelemahan rupiah kali ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti data inflasi AS, tetapi juga oleh dinamika ekonomi global. Meskipun demikian, optimisme tentang stabilitas ekonomi nasional tetap ada. Pergerakan mata uang dunia selalu kompleks, namun respons pemerintah dan bank sentral yang tepat dapat membantu menjaga ketahanan ekonomi Indonesia di tengah fluktuasi global.