Pasar
Sentimen Negatif Mendorong Penurunan di Pasar Asia-Pasifik
2025-04-16

Pasar saham di wilayah Asia-Pasifik mengalami pelemahan pada awal perdagangan Rabu (16/4/2025), terpengaruh oleh penurunan Wall Street yang disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi dan kekhawatiran terkait tarif dagang. Data ekonomi China yang akan dirilis hari ini juga menjadi sorotan investor, sementara proyeksi pertumbuhan PDB negara tersebut turun signifikan akibat tekanan eksternal. Di sisi lain, pasar saham AS juga menunjukkan performa melemah setelah rilis laporan kuartalan.

Para analis memperkirakan bahwa ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China dapat berdampak buruk bagi perekonomian global. Selain itu, IHSG di Indonesia yang sempat menguat dalam empat hari berturut-turut mungkin menghadapi aksi profit taking jelang libur panjang.

Kinerja Pasar Saham Asia-Pasifik di Zona Merah

Pada perdagangan Rabu, bursa-bursa utama di wilayah Asia-Pasifik dibuka dengan tren negatif. Nikkei 225 Jepang mencatat pergerakan datar, sementara Kospi Korea Selatan menurun sekitar 0,2%. Indeks S&P/ASX 200 Australia juga ikut merosot tipis. Harga saham di Hong Kong melalui Indeks Hang Seng berada di level 21.455, sedikit lebih rendah dari penutupan sebelumnya.

Penurunan ini terjadi sebagai dampak dari pelemahan bursa Wall Street semalam, di mana ketidakpastian terkait pendapatan kuartalan dan potensi kenaikan tarif dagang menjadi faktor utama. Investor tampak cemas terhadap kemungkinan perlambatan ekonomi global jika ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China tidak segera terselesaikan. Dengan adanya data ekonomi penting dari China yang akan dirilis hari ini, para pelaku pasar memperhatikan secara cermat perkembangan terbaru guna menyesuaikan strategi investasi mereka.

Prospek Pertumbuhan Ekonomi China Menurun

Data yang akan dikeluarkan oleh pemerintah China hari ini diprediksi akan menunjukkan perlambatan signifikan pada pertumbuhan ekonominya. Para ahli ekonomi dari Reuters memperkirakan ekspansi PDB hanya sebesar 5,1% pada kuartal pertama tahun ini, lebih rendah dibandingkan dengan angka 5,4% pada periode sebelumnya. Bank investasi UBS bahkan telah menurunkan proyeksi PDB China untuk tahun 2025 hingga 3,4%, dan lebih jauh lagi pada tahun depan menjadi 3%.

Menurut Tao Wang, kepala ekonom China di UBS, penerapan tarif impor oleh Amerika Serikat terhadap barang-barang China dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi sebesar lebih dari dua poin persentase. Hal ini menunjukkan bahwa ketegangan perdagangan tidak hanya mempengaruhi hubungan bilateral kedua negara tetapi juga memiliki efek luas pada perekonomian global. Kondisi ini membuat investor semakin waspada dan memilih sikap hati-hati dalam melakukan transaksi di pasar modal.

more stories
See more