Pada hari Minggu, serangan rudal balistik dari kelompok Houthi di Yaman berhasil mencapai wilayah strategis Bandara Internasional Ben Gurion dekat Tel Aviv. Serangan ini menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan pemerintah Israel dan menyebabkan sejumlah korban cedera. Laporan awal mengungkapkan bahwa enam warga sipil terluka akibat ledakan yang terjadi di jalur akses utama bandara. Situasi tersebut memperlihatkan kemampuan militer Houthi yang semakin canggih dalam melancarkan serangan jarak jauh.
Kegagalan sistem pertahanan udara Israel menjadi sorotan utama setelah mereka tidak mampu mencegat rudal hipersonik yang diluncurkan oleh Houthi. Menurut keterangan pasukan pertahanan Israel (IDF), rudal tersebut menempuh perjalanan lebih dari dua ribu kilometer sebelum akhirnya meledak kurang dari empat ratus meter dari terminal penumpang. Ledakan besar meninggalkan jejak kerusakan signifikan berupa kawah dengan diameter hampir dua puluh lima meter. Penyelidikan mendalam sedang dilakukan untuk menentukan penyebab kegagalan sistem pertahanan udara yang selama ini dikenal tangguh.
Sebagai respons atas serangan ini, juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, secara terbuka mengklaim bahwa rudal hipersonik telah mencapai sasaran dengan presisi tinggi. Pernyataan ini disampaikan melalui stasiun televisi al-Masirah pada Senin pagi. Saree juga menyoroti kelemahan sistem pertahanan udara yang didukung Amerika dan Israel. Rezim Zionis Israel saat ini tengah mempertimbangkan langkah-langkah balas dendam untuk menanggapi insiden ini, tetapi situasi tetap membutuhkan diplomasi guna mencegah eskalasi konflik yang lebih luas.
Pelajaran penting dari insiden ini adalah perlunya dialog damai sebagai solusi jangka panjang dalam menyelesaikan ketegangan antarnegara. Keterbukaan terhadap pembicaraan damai dapat membantu meredakan konflik tanpa harus melibatkan senjata atau ancaman militer. Upaya bersama untuk membangun perdamaian akan memberikan harapan baru bagi semua pihak yang terlibat.