Bursa saham Indonesia menghadapi tekanan signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Situasi ini menunjukkan adanya kekhawatiran investor atas ketidakpastian kebijakan pemerintah. Sejak awal masa jabatan kepemimpinan Prabowo-Gibran, kondisi pasar modal telah mengalami penurunan berkelanjutan.
Pada perdagangan Rabu (19/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penurunan tajam hingga 7%. Kondisi ini menjadi lanjutan dari pelemahan sebelumnya pada hari Selasa (18/3/2025), di mana IHSG turun sebesar 3,84%. Penurunan tersebut memicu langkah darurat oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menerapkan trading halt saat indeks anjlok lebih dari 5%. Para analis menyatakan bahwa sikap serta kebijakan pemerintah berkontribusi besar pada volatilitas pasar. Salah satu faktor utama adalah pernyataan Presiden Prabowo yang menyebut investasi saham sebagai bentuk perjudian. Hal ini memperburuk ketidakpercayaan investor institusional, terutama di sektor perbankan BUMN yang menjadi tulang punggung IHSG.
Solusi yang diperlukan untuk mengatasi situasi ini melibatkan kerja sama lintas lembaga. Guru Besar Universitas Indonesia, Budi Frensidy, menyoroti pentingnya evaluasi mendalam terhadap kebijakan yang berdampak sistemik. Menurutnya, keterlibatan aktif Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta pelaku pasar sangat krusial dalam merancang solusi berkelanjutan. Ia juga menyarankan agar pengelolaan dana publik seperti Jamsostek, Taspen, dan Dana Pensiun BUMN dapat digunakan sebagai market maker atau penyedia likuiditas di bursa saham, terutama untuk saham-saham besar dengan fundamental kuat.
Kondisi pasar saat ini memerlukan respons cepat dari pihak pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan investor. Ekonom Yanuar Rizky menegaskan perlunya manajemen fiskal dan moneter yang transparan serta tegas. Persaingan antara surat utang negara dan saham dalam menarik dana investor semakin meningkatkan tekanan pada pasar modal. Oleh karena itu, sinyal kepercayaan yang jelas dari pemerintah menjadi kunci untuk menjaga stabilitas keuangan nasional. Dengan pendekatan yang proaktif dan inklusif, harapannya adalah pasar modal dapat kembali pulih dan memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.