Di tengah kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan, kisah Ableh sebagai penjual tisu di lampu merah menarik perhatian. Dengan semangat tinggi meski kondisi sulit, ia berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pertemuannya dengan Nikita membawa motivasi baru bagi Ableh dalam melanjutkan hidup. Di sisi lain, cerita tentang rekonsiliasi antara kelompok Cecep dan kelompok Arogan menjadi sorotan. Mereka mencoba mengakhiri konflik panjang melalui dialog damai.
Kehadiran tokoh-tokoh seperti Otang, Didu, Agus, dan teman-temannya menunjukkan upaya nyata untuk memperbaiki hubungan sosial. Meskipun prosesnya tidak mudah, langkah mereka menuju perdamaian tetap terus ditempuh. Kisah ini memberikan pelajaran penting tentang pentingnya persatuan dan pengampunan dalam kehidupan masyarakat.
Ableh, seorang penjual tisu di jalanan, mendapatkan dorongan baru setelah bertemu Nikita. Selain menanyakan hasil penjualan, Nikita juga mengetahui informasi tentang Ogah, rekan kerja Ableh. Meskipun pendapatanya bervariasi, Ableh tetap optimistis tentang usaha mereka. Ia menjelaskan bahwa Ogah kadang masih melakukan hal-hal yang kurang baik, namun Ableh lebih fokus pada tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.
Pekerjaan menjual tisu di lampu merah bukanlah pekerjaan yang mudah. Namun, Ableh memiliki alasan kuat untuk tetap semangat. Ia harus menyediakan makanan untuk keluarganya serta memastikan anak-anaknya bisa bersekolah. Dorongan dari Nikita membuat Ableh yakin bahwa usaha kecilnya dapat membawa perubahan besar bagi keluarganya. Semangat tersebut menjadi simbol ketekunan dan keberanian menghadapi kesulitan.
Di tempat lain, para sahabat seperti Cecep, Murad, dan Ujang membahas cara menyelesaikan konflik dengan kelompok Arogan. Kehadiran Otang, Didu, Agus, dan tim membawa angin segar dengan rencana perdamaian. Mereka berharap solusi damai dapat dicapai tanpa adanya bentrokan fisik lagi. Langkah ini menunjukkan sikap dewasa dari kedua belah pihak.
Rencana perdamaian dimulai dengan pencarian langsung ke wilayah Arogan dan kawan-kawannya. Misi ini tidak hanya mencakup pembicaraan formal, tetapi juga interaksi informal di taman dan jalanan. Otang dan tim percaya bahwa komunikasi yang terbuka akan menjadi jembatan menuju perdamaian. Meskipun ada hambatan, seperti reaksi emosional dari Murad saat diganggu Bubun, semangat mereka tetap teguh. Akankah misi ini berhasil? Kisah ini mengajarkan nilai-nilai positif tentang keberanian mengambil langkah damai di tengah konflik.